Maling pun Datang Berkonsultasi

Suatu hari, seorang maling pun datang berkonsultasi, maling ini berwajah kuning gosong, keningnya banyak keriput, telinga seperti telinga tikus, hidung mencuat ke atas, wajah segitiga, sepasang mata berbinar-binar. Pagi tidur, malam bergadang, agak tidak sadarkan diri.

Begitu saya lihat tokoh semacam ini, begitu tangan menekan, sinar roh muncul, sehingga tahu segala hal ikhwal.

Si Maling menyerahkan memo, di atas tertulis kata "nasib".

Saya jawab, "Makan tidak perlu bayar!"

Maling berkata, "Di kolong langit ini, mana ada makan tidak perlu bayar, makanan apa ini?"

Saya jawab, "Makanan penjara."

Si Maling bertanya, "Tidak usah bahas soal ini, yang mau saya tanyakan adalah nasib?"

Saya jawab, "Anda mau saya jujur atau bohong?"

"Apa bedanya jujur dan bohong?"

Saya menjawab, "Kalau jujur, Anda adalah penjahat, kalau bohong, Anda adalah budiman."

Si Maling berkata, "Tidak mengerti."

Saya berkata, "Anda benar-benar mau saya jelaskan?"

Si Maling berkata, "Jelaskan saja, saya tidak takut."

Saya berkata, "Kalau jujur, Anda adalah seorang maling, kalau bohong, Anda adalah satria di atas belandar."

Si Maling berdiri, berkata dengan dongkol, "Apa buktinya?"

Saya menjawab, "Anda telah mencuri 3 buah jam tangan rolex, kemudian Anda gadaikan, di dalam celana bahkan ada selembar resi gadai."

Wajah maling ini seketika memerah.

Tanya, "Anda tahu dari mana?"

Saya jawab, "Saya Buddha Hidup, tahu segalanya."

Tanya, "Apa lagi yang Anda ketahui?"

Saya jawab, "Dulu Anda juga pernah ke tempat saya, kemudian mencuri 3 keping emas di depan dada Yaochi Jinmu, kembalikan padaku!"

Maling berkata, "Anda benar-benar tepat, Anda berhasil meyakinkan saya!"

Saya menasihati Si Maling, "Apakah Anda percaya Buddha?"

"Percaya."

Saya berkata, "Percaya Buddha lebih dulu menaati 5 Sila, pertama, jangan membunuh. Kedua, jangan mencuri. Ketiga, jangan berzinah. Keempat, jangan berdusta. Kelima, jangan minum arak. Anda telah langgar kelima Sila ini, terutama mencuri, apakah ini termasuk percaya Buddha?"

Wajah si maling memerah, berkata dengan tersipu malu, "Orang tua saya percaya Buddha, saya tentu percaya juga. Namun, saya tidak tahu percaya Buddha ada begitu banyak aturan."

Saya berkata, "Setelah ini, bukalah lembaran hidup baru!"

Si Maling melanjutkan, "Saya benar-benar ingin tahu nasib?"

Saya berkata:

Dapat berita "musim semi".
Bulan terang "sepuluh" mil.
Saat "mendekam" ingatan kembali.

(Maling ini benar-benar mencuri segalanya, pangan, sandang, papan, dan transportasi, bahkan dewa dan Buddha pun dicuri, uang kotak dana pun dicuri, batu nisan pun dicuri, kabel listrik pun dicuri, apalagi perhiasan. Seperti dugaan, ia tertangkap pada musim semi, mencuri tas LV orang lain, kini mendekam di penjara, makan gratis, divonis penjara 10 bulan.)

Tidak ada komentar: