Roh Bocah Kecil

Upasaka Shen Wei penganut Agama Buddha, sangat tulus menyembah Bodhisattva Avalokitesvara, ia tahu bahwa Avalokitesvara sangat berjodoh dengan Dunia Saha, siang-malam dan keenam waktu memandang semua insan di dunia dengan tatapan Mahakaruna, menolong insan dari penderitaan.

Kemanjuran Bodhisattva Avalokitesvara tidak bertepi, sebanyak pasir Sungai Gangga, tidak terhitung, rasa syukur yang besar akan mengalami respon besar, rasa syukur yang kecil akan mengalami respon kecil, sama sekali tidak ada alasan tidak mengalami kontak batin.

Di sini saya mencantumkan satu kisah kontak batin Bodhisattva Avalokitesvara.

Shen Wei pernah datang ke tempat saya, memberitahu saya, "Mahaguru Lu, walaupun saya percaya pada Avalokitesvara, namun istri saya tidak percaya, apa boleh buat?"

"Saya pergi ke rumah Anda, ia pasti percaya."

"Benarkah?"

"Tentu saja benar," kata saya.

Saya berani mengatakan seyakin ini karena semalam sebelum Shen Wei mau datang mencari saya, Bodhisattva Avalokitesvara yang disembah Shen Wei sudah datang duluan mencari saya, meminta saya bertandang ke rumahnya, sekalian menganjurkan Ny. Shen Wei berlindung pada Agama Buddha.

Shen Wei bertanya pada saya, "Mahaguru Lu, Anda pernah bertemu dengan Bodhisattva Avalokitesvara di gubuk saya, pakaian apa yang dikenakan-Nya?

Saya menjawab, "Bahkan Anda pun ingin menguji saya, baiklah! Bodhisattva Avalokitesvara Anda adalah barang antik peninggalan Dinasti Ming, sangat bernilai, Anda tidak perlu menanyakan saya Ia mengenakan pakaian apa, barang antik ini keluar dari tanah, walaupun tanah sudah dibersihkan dan disikat, namun pada pakaian-Nya masih tertinggal endapan tanah kekuning-kuningan, tidak bisa hilang walau sudah dibersihkan!"

Begitu Shen Wei mendengarnya, ia sangat terperanjat, "Mahaguru Lu, Anda benar-benar manusia dewa!"

*

Saya tiba di altar mandala Upasaka Shen Wei, altar Shen Wei adalah sebuah ruangan kecil yang disekat dari ruang baca, sederhana dan anggun, hanya mempersemayamkan sesosok Bodhisattva Avalokitesvara saja, Bodhisattva berwujud berdiri, berwarna putih, pakaian warna biru dengan corak daun bambu, ternyata ada kuning tanah, tidak hilang walau sudah dicuci dan disikat.

Ny. Shen Wei biasa-biasa saja dan masa bodo terhadap kunjungan saya. Menurut Shen Wei, istrinya tidak percaya apapun, walaupun Shen Wei beribadah dengan tulus dan hormat, juga meminta sang istri sembahyang Avalokitesvara, namun, ia acuh tak acuh.

Istri Shen Wei selalu melontarkan satu pernyataan, "Buat apa sembahyang patung tanah?"

Membuat Shen Wei marah sampai menghentakkan kaki.

Kami duduk di ruang tamu.

Shen Wei lebih dulu memperkenalkan bahwa saya adalah paranormal, dapat berkomunikasi dengan dunia tidak kasat mata, menggemparkan dalam dan luar negeri, Bodhisattva Avalokitesvara di rumah mereka dari awal sudah pergi mencari Mahaguru Lu, Beliau datang untuk mengobrol denganmu. Jika bukan diundang oleh Bodhisattva Avalokitesvara, saya tidak bakal datang, dan lain-lain.

Begitu Ny. Shen Wei mendengarnya, hanya tersenyum kecut, "Oh ya?"

Ia melirik saya sekilas, setengah percaya. Mungkin ia berpikir, Mahaguru Lu ini pasti seorang dukun di sebuah kelenteng.

Saya berkata, "Bodhisattva Avalokitesvara di rumah Anda punya satu kemanjuran, tulus menyeberangkan insan, ikhlas menolong insan yang menderita, Bodhisattva bahkan sering memperlihatkan tubuh Buddha."

Ny. Shen membisu.

Saya melanjutkan, "Tahukah Anda bahwa Bodhisattva Avalokitesvara di rumah Anda telah menyeberangkan seorang sahabat Anda semasa SD dulu di sisi Beliau?"

Ny. Shen Wei membelalakkan matanya, "Sahabat, apa marganya?"

"Marga Zeng."

"Zeng Jiahui!" teriak Ny. Shen.

Saya memberitahu Ny. Shen Wei, "Bodhisattva Avalokitesvara telah menyelamatkan Zeng Jiahui dari dalam istana air, selalu menjaga Zeng Jiahui, dengan kata lain, Zeng Jiahui adalah asisten yang menyertai Bodhisattva Avalokitesvara."

Ny. Shen Wei berkata, "Sejak kecil, sahabat terbaiknya adalah Zeng Jiahui. Sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD selalu bersama, namun, suatu kali, dalam suatu wisata saat kelas 6 SD, semuanya naik perahu, perahu yang ditumpangi Zeng Jiahui terbalik dan karam, sejak itu saya kehilangan sahabat terbaik, hal ini pernah membuat saya sedih sampai tidak ingin hidup lagi!"

Ny. Shen Wei melanjutkan, "Kejadian pada masa kanak-kanak ini sudah lama berlalu, saya juga tidak pernah mengungkitnya, Shen Wei tidak tahu, lalu Bodhisattva Avalokitesvara dapat memberitahu Anda, memang agak gaib."

Ny. Shen Wei bertanya, "Mohon Mahaguru tanyakan pada Zeng Jiahui apakah ada cita-cita yang belum terwujud?"

Saya menjawab, "Zeng Jiahui ingin tamasya sekali ke Jepang bersama Anda."

Begitu Ny. Shen Wei mendengarnya, rongga matanya memerah dan menangis meraung-raung!

Ternyata Zeng Jiahui saat kecil berkulit putih bersih, bermata indah, tidak punya lipatan mata, bila tertawa ada satu gigi taring, gadis Jepang banyak yang tidak punya lipatan mata, juga memiliki satu gigi taring, paras yang sangat kuno, nama samaran Zeng Jiahui adalah Boneka Jepang.

Pada zaman SD, semua orang tidak tahu bahwa Zeng Jiahui dan Ny. Shen Wei telah berjanji, "Setelah dewasa nanti tamasya bersama ke Jepang."

Ny. Shen Wei setuju, ini adalah rahasia mereka berdua.

Mereka saling berjanji tamasya ke Jepang, tidak hanya sekali, malah berkali-kali disebutkan.

Hari ini, Mahaguru menyebutkan keinginan Zeng Jiahui adalah 'tamasya bersama ke Jepang', ini tidak hanya mengguncangkan, singkat kata, membuat Ny. Shen Wei sangat terharu sampai menangis terisak-isak.

Ny. Shen Wei berkata, "Saya tidak pernah pergi ke Jepang, namun, sekarang memutuskan untuk berwisata sekali ke Jepang."

"Bagus sekali," kata saya.

"Bagaimana cara tamasya ke Jepang bersama Zeng Jiahui?"

Saya menjawab, "Ini gampang sekali, sebelum berangkat nyalakan dupa melapor sebentar pada Bodhisattva Avalokitesvara, Saya akan buat sebuah tubuh pengganti Zeng Jiahui, sebuah boneka kain kecil dan mengundang Zeng Jiahui menempel di boneka kain, Anda masukkan saja ke dalam tas dan bawa serta berarti tamasya bersama ke Jepang."

Ny. Shen Wei bertanya lagi, "Mengapa Bodhisattva Avalokitesvara bisa begitu jitu?"

Saya berkata, "Kata 'Avalokitesvara' ini berarti mengamati suara dunia, dengan kata lain, mencari suara yang meminta pertolongan. Kata Bodhisattva berarti menolong para insan. Oleh karena itu, nama Bodhisattva Avalokitesvara sama dengan menolong para insan dengan mencari suara yang meminta pertolongan. Selain itu, Bodhisattva Avalokitesvara adalah Buddha kuno yang menitis kembali, jauh sebelum berkalpa-kalpa yang tak terhingga sudah mencapai kebuddhaan dengan nama Tathagata Satya Dharma Vidya (Zheng Fa Ming Rulai). Namun karena welas asih yang tidak terbatas, ikrar karuna yang tidak terhingga, itu sebabnya kembali lagi ke sepuluh penjuru dunia, menampakkan diri dalam wujud Bodhisattva, manusia, dewa, orang awam, orang suci, dan tubuh lainnya. Beliau memberikan penyelamatan dengan memberikan abhaya (tak kenal takut)."

Shen Wei berkata, "Di dalam Sutra Saddharma Pundarika mengatakan bahwa Beliau menampakkan diri dalam wujud yang sesuai dengan wujud makhluk yang akan diseberangkan. Sewaktu kita bertemu dengan bahaya senjata, banjir, atau kebakaran, penyakit ganas dan binatang buas, musuh, setan jahat atau ular berbisa, dan berbagai macam bahaya, jika dapat dengan tulus menyebutkan Namo Bodhisattva Avalokitesvara, maka segera mendapatkan pemberkatan dari Bodhisattva, bahaya berubah menjadi kedamaian. Selain itu, Bodhisattva Avalokitesvara adalah pelayan di sisi kiri Buddha Amitabha di Sukhavatiloka Barat, juga adalah asisten Buddha Sakyamuni yang baik di dunia Saha, berada di sepuluh penjuru negeri sebanyak debu halus, Bodhisattva bisa menyelamatkan dan menyeberangkan semua arwah terlahir di alam barat."

Dulu Shen Wei mengatakan semua ini, Ny. Shen Wei tidak mau dengar sama sekali!

Sekarang dikatakan, ia sudah terima.

Ny. Shen Wei bangkit lalu menyalakan dupa di hadapan Bodhisattva Avalokitesvara, malah bersujud 3 kali dan membenturkan kepala 9 kali sebagai tanda maaf atas ketidaksopanannya dulu.

Ny. Shen Wei berjanji untuk setiap hari melafalkan Namo Bodhisattva Avalokitesvara.

Ny. Shen Wei masih punya satu pertanyaan lagi, ia bertanya pada saya, "Zeng Jiahui berparas bersih dan jelita, usia masih belia dan sangat polos, juga belum pernah berbuat jahat, bahkan pikiran jahat pun tidak ada, sangat bersih dan polos, hatinya baik, mengapa sekali perahu terbalik ia pun meninggal, mengapa bisa mati muda, membuat orang tidak mengerti."

Saya menjawab: ini memang pertanyaan yang sama di dalam benak umat manusia, itulah sebabnya mengapa Agama Buddha mengajarkan tentang karma tiga kehidupan atau banyak kehidupan.

Oleh karena itu:

Kehidupan lampau banyak membunuh.
Kehidupan sekarang bencana bertubi-tubi.
Menanggung nasib dibunuh.
Kecelakaan merenggut nyawa.
Pernah menghancurkan sarang makhluk lain.
Berhutang rumah kebakaran.
Dengarkan dengan seksama sabda Sang Buddha
Pembalasan masing-masing sepadan.

Kelihatannya, meski itu dibunuh atau meninggal karena kecelakaan, semuanya termasuk sebab di kehidupan lampau, dari awal sudah ditentukan. Bukankah Agama Buddha mengatakan bahwa makan dan minum sudah dijatahkan, bahkan, luka di satu jari, hilangnya satu jarum, bahkan ketakutan seketika, cedera atau meninggal karena kecelakaan, sama sekali bukan tidak beralasan. Maksud saya, bukan hanya Zeng Jiahui bisa meninggal karena kecelakaan, banyak bayi yang baru lahir pun sudah meninggal dunia, juga ada yang begitu lahir, sudah lumpuh selamanya, jika sama sekali tidak ada karma, bukankah sungguh tidak adil, di dunia ini masih adakah yang namanya keadilan?

Ny. Shen Wei wisata ke Jepang, ada beberapa kejadian yang membuatnya asyik bercerita:

Ia berangkat bersama rombongan turis, semula pembagian kamar itu sekamar dua orang, belakangan ibu tua yang dibagi tinggal sekamar hanya tidur semalam, lalu inisiatif meminta pada pemandu wisata, ia bersedia membayar lebih agar dapat tinggal seorang satu kamar, jadi, Ny. Shen Wei sendirian menggunakan satu kamar.

Pada suatu dini hari, sepertinya siang hari sudah lelah berjalan, sehingga ia tidur sangat pulas, tidak bisa bangun. Di samping telinga mendadak terdengar suara yang halus, "Bangun! Kalau tidak nanti terlambat!"

Ia membalikkan badan dan bangun.

Begitu melihat jam, tak disangka hanya tersisa 10 menit sudah harus berkumpul, ia bergegas membasuh muka dan mengosok gigi, mengangkat koper lalu pergi, pas-pasan tersusul.

Jika bukan karena suara, "Bangun! Kalau tidak nanti terlambat!', saya yakin semua orang sudah duduk di dalam bus wisata, lalu dia masih tidur lelap di dalam kamarnya sendiri, tidak bisa bangun.

Seruan halus itu terdengar sangat akrab. Benar-benar adalah suara Zeng Jiahui.

Ada lagi, tempat duduk di dalam bus pariwisata sangat luang, suatu kali ia duduk di tempat yang agak sepi, bersiap-siap untuk tidur sebentar.

Ini adalah kebiasaan rombongan turis:
Naik bus - tidur.
Turun bus - buang air kecil.
Melihat vihara di mana-mana.
Keheranan.

Ny. Shen Wei tidur sebentar, sepasang mata yang samar-samar, tak disangka melihat di sampingnya duduk seorang gadis kecil, diperhatikan lagi dengan seksama, benar-benar Zeng Jiahui, masih dalam rupa murid SD yang berpakaian seragam, namun, lambat laun, berangsur-angsur menjadi dewasa sampai seperti usianya sendiri, wanita itu tersenyum padanya.

"Kamu Zeng Jiahui?"

"Benar."

Zeng Jiahui berkata, "Senang sekali, keinginan tamasya bersama ke Jepang sudah terwujud."

"Benar!" kata Ny. Shen Wei.

Mereka berdua seakan-akan kembali ke masa kanak-kanak, berangkat ke sekolah bersama, mengerjakan PR bersama, bermain bersama, tertawa riang, alangkah bahagianya!

Sampai lokasi tamasya. Ny. Shen Wei barulah terbangun.

Ia mengenang keadaan tadi sehingga ia sadar bahwa sahabatnya, Zeng Jiahui benar-benar ikut dengannya tamasya bersama ke Jepang.

Zeng Jiahui takut ia tidak mengenali wajahnya yang sudah dewasa, jadi dimulai lagi dari anak-anak, berangsur-angsur berubah menjadi usianya sekarang, dan juga di dalam mimpi ia membawanya kembali ke dalam kenangan masa kanak-kanak.

Ia tidak takut, yang ada hanya kehangatan dan keharmonisan.

Pada suatu kali lagi, rombongan turis tiba di Hakone, di sebuah pegunungan yang luas menikmati bunga, mendadak turun hujan deras.

Semua orang diguyur hujan.
Hanya Ny. Shen Wei yang membawa sebuah payung.

Ternyata kejadiannya begini, Zeng Jiahui khusus berpesan untuk bawa payung karena antara pukul 11 sampai pukul 1 akan turun hujan deras sebanyak dua kali, seluruh rombongan turis hanya seorang yang membawa payung, dialah Ny. Shen Wei.

*

Setelah wisata ke Jepang berakhir, Shen Wei dan nyonya datang ke rumah saya untuk bersarana dan memohon abhiseka, konon itupun pesan khusus dari Zeng Jiahui.

"Bersaranalah pada Mahaguru Lu dan belajarlah Buddhadharma!"

"Siapakah gerangan Mahaguru Lu?"

"Hati bernaung pada Dharma, Dharma bernaung pada hati, hati adalah Dharma, Dharma adalah hati, Beliau adalah orang yang telah mencapai penyatuan antara Dharma dan hati."

"Masih banyak Bhiksu Buddhis, bolehkah bersarana pada mereka?"

Zeng Jiahui tidak menjawab, hanya mengulangi, "Hati Y.M. Sheng-yen Lu sudah mengatasi ruang dan waktu, menggantikan segala alam, YM. Sheng-yen Lu tak lain tak bukan adalah Buddha Amitabha masa kini, jangan ragu lagi."

"Setelah bersarana harus bagaimana?"

"Menghormati Guru, menghargai Dharma, dan berlatih sungguh-sungguh. Selamanya tidak akan mundur!"

Setelah Shen Wei dan Ny. Shen Wei sudah lama bersadhana, hati mereka pun sudah dapat masuk ke dalam kondisi perenungan dhyana yang tak tergoyahkan.

Tidak ada komentar: