Jangan Meremehkan Biksu yg Melanggar Sila

Di jaman sekarang, banyak umat perumah tangga yang begitu melihat seorang biksu - biksuni melanggar sila langsung heboh dan merendahkan mereka, memaki biksu dan biksuni. Bahkan karena beberapa biksu yang telah melanggar sila, menyebabkan banyak orang kehilangan keyakinannya pada Buddha Dharma.

Saat di Danau Daun saya membaca sutra, yaitu Samayasagara Sutra (catatan Shian : Tripitaka No 643 ~ Sanmei Hai Jing) , menemukan bahwa Sakyamuni Buddha memperingatkan kepada kita bahwa itu tidak boleh dilakukan ! Benar-benar dilarang !

Buddha mengatakan :
"Bila orang telah menerima sila Buddha, berarti telah memasuki kedudukan Para Buddha. Asalkan orang awam menerima sila Buddha, maka bagaikan telah mengenakan mutiara sila rembulan yang terang, simbol perhiasan yang paling berharga, bagaikan Triratna, harus dihormati.“

Dalam Samayasamudra Sutra dikatakan, dulu ada empat orang biksu, mereka semua telah melanggar sila, akhirnya sadar dan merasa malu, mengira bahwa mereka tidak akan bisa berlindung kembali pada Buddha.

Tiba-tiba di angkasa ada suara :
"Wahai empat biksu yang melanggar sila, tidak boleh memandang diri sendiri sebagai orang yang tidak tertolong lagi, tidak perlu demikian. Walau Sakyamuni Buddha telah Parinirvana, namun Dharmakaya Nya meliputi segalanya, kalian boleh memasuki stupa, visualisasikan keagungan rupa Buddha dan urna putih di dahi Nya."

Keempat biksu pelanggar sila memasuki stupa, rupang Buddha bagaikan rupa sejati, bertobat atas segala kesalahan, bagaikan gunung besar yang runtuh.
Keempat biksu ini kelak mencapai Anuttara Samyaksamboddhi dengan gelar :
Aksobhya Buddha sebelah Timur
Ratnarupa Buddha sebelah Selatan
Amitayus Buddha sebelah Barat
Buddha Suara Indah di sebelah Utara


Maka Tathagata menamakannya sebagai samadhi perenungan Buddha, merupakan samudera Maharatna Raja Sila, mampu menyucikan noda pelanggaran sila, memperoleh Sifat Dharma yang suci.
Mahasamghata Sutra (Tripitaka 397) :
"Bila para raja dan menteri memaki seorang sangha yang benar-benar menjalankan sila sebagai pelanggar sila, karmanya berat bagaikan meneteskan darah dari tubuh ratusan juta Buddha. Maka bila bertemu dengan orang yang mengenakan kasaya, tidak peduli itu menjalankan atau melanggar sila, bangkitkanlah perenungan akan Buddha. Memahami petuah mulia Sang Buddha, jangan meremehkan, tenangkanlah dirimu dan jangan melontarkan makian."

Maknanya adalah :
Ketenangan sebagai Guru batin
Tidak berguru pada kerisauan batinnya.
Melihat orang serakah, renungkan akan dana.
Melihat orang melanggar sila, renungkan penjagaan sila.

Surangama Sutra (Tripitaka 945) :
"Buddha mengajarkan mengenai empat macam saat yang diingat : Saat belum membangkitkan tekad, saat baru membangkitkan tekad, vyakarana dan terwujudnya vyakarana. "
Kasyapa berkata kepada Sang Buddha : "Kami semua mulai saat ini sampai seterusnya , saat melihat para insan akan membangkitkan perenungan akan Baghavan (melihatnya sebagai Buddha), bila timbul rasa merendahkan maka berarti telah melukai diri sendiri. "

Buddha mengatakan :
"Sadhu ! Sadhu ! Manusia hendaknya tidak menghakimi para insan, hanya Tathagata yang mampu mengetahui (Shian : kualitas insan tsb) dengan jelas. Oleh karena itulah Aku berpesan pada para Sravaka dan Bodhisattva supaya memandang Para insan bagaikan seorang Buddha."

Dalam Avatamsaka Sutra (shian : Tripitaka 278) Bab Tekad Samantabhadra :
Gunakanlah perenungan ini untuk menghancurkan jutaan pintu rintangan.
Gatha berbunyi :
Para Buddha ditengah bunga yang layu, emas diantara kotoran
Muttumanikam di dalam bumi, tunas diantara buah
Baju butut yang dekil, membungkus rupang emas di dalamnya
Wanita miskin dan buruk rupa, merindukan Raja Cakravartin
Ditengah lumpur kotor, terdapat rupang mutu manikam
lobha-dosa-moha , serta kilesha para insan
Di seluruh penjuru dunia, terdapat Tathagatagarbha
kebawah sampai neraka avici, juga ada tubuh Tathagata
Dharma sunyata parisuddhi, dinamakan Tathagatakaya.

Teringat saat saya masih muda, sangat membenci para sadhaka yang melanggar sila, ada sadhaka yang melanggar sila perbuatan asusila, ada sadhaka yang memperebutkan harta vihara, ada sadhaka yang memperebutkan pengikut, ada sadhaka yang egonya besar, ada sadhaka yang haus kedudukan, ada sadhaka yang mata duitan, ada sadhaka penipu dan lain sebagainya.

Terhadap pelanggar sila, saya pasti tidak ada kata-kata yang baik.
Namun, sekarang tidak boleh.
Buddha mengatakan :
"Sekalipun hantu penghuni neraka, merupakan insan yang belum membangkitkan Bodhicitta, Buddha memberi vyakarana kelak pasti membangkitkan Bodhicitta Agung, bertemu dengan kalyanamitra, menjalankan karya Bodhisattva, mencapai Anuttarasamyaksamboddhi, oleh karena itu janganlah merendahkan !"

Ada satu perumpamaan yang bagus :
Di Danau Daun, saya memasuki samadhi menuju ke Gunung Yin, bertemu dengan Raja Gunung Yin, di dalam gua, semua adalah siswa Tantrayana, hanya karena dalam membina diri melakukan penyimpangan, atau mempraktekkan kejahatan, atau suatu di luar Dharma, maka berubah menjadi makhluk bukan manusia.

Saya memberikan abhiseka sarana dan sila kembali, dan kembali duduk di Dharmasana membabarkan Dharma pada mereka. Siswa Tantrayana yang melanggar sila ini, kelak pasti membangkitkan Bodhicitta Agung, menekuni jalan pembebasan, Bodhicitta, kemudian merealisasikan Tathagatagarbha, sampai Anuttarasamyaksamboddhi.

Siswa tantra yang melanggar sila ini, dimana mana akan bertemu dengan Tathagata, bagaimana boleh merendahkan mereka !
Aniruddha yang dulu pernah menjadi perampok dan kelak akan menjadi Buddha dengan nama Samathavidya Tathagata , adalah contohnya !

Tidak ada komentar: