Tanggal 15 Mei 2008 sore, saya berolahraga di belakang "Vihara Ling Shen Ching Tze".
Seorang siswa bertanya, "Mahaguru Lu telah mencapai kebuddhaan, mengapa masih difitnah umat manusia?"
Saya menjawab, "Sejak Sakyamuni Buddha mencapai kebuddhaan, juga mengalami banyak fitnah yang tidak jelas."
Sang Buddha difitnah wanita.
Sang Buddha difitnah enam guru sesat.
Sang Buddha difitnah umat manusia.
Dan lain sebagainya.....
Siswa bertanya, "Bagaimana sikap Mahaguru Lu menghadapi fitnah?"
Saya balik bertanya padanya, "Siapa menfitnah siapa?"
Silahkan Anda semua renungi kalimat saya "siapa menfitnah siapa" ini, jika berhasil merenungi esensi di dalamnya, Anda pun telah "memahami hati", telah memperoleh wahyu dari Mahaguru Lu.
Cepat renungi!
Kalimat ini sarat dengan rahasia Zen.
*
Seorang "Guru Zen Shanben", setelah ia berbasuh, seorang bhiksu bertanya pada Guru Zen Shanben, "Bhiksu adalah orang yang bebas dari kekotoran, mengapa masih berbasuh?"
Guru Zen Shanben menjawab, "Air samadhi bening dan penuh, membasuhi orang yang bebas dari kekotoran."
Sang Bhiksu bertanya, "Menurut Guru Sesepuh, makna Agama Buddha itu beda atau sama?"
Guru Zen Shanben menjawab, "Di puncak Gunung Gijjhakutta, rumput hijau menjulang tinggi. Di dalam Taman Rusa, rubah dan kelinci malang melintang."
*
Silahkan Anda semua perhatikan bagaimana kekuatan samadhi kesabaran Mahaguru Lu? Saya adalah seorang Taois yang bebas dari masalah dan tidak menginginkan apa-apa, hidup di dunia yang penuh perselisihan, fitnah bagaikan arus air terjun menghujaniku, bukankah itu justru membasuh diriku yang bebas dari kekotoran?
Saya tidak goyah.
Saya tidak terpengaruh.
Bahkan "siapa menfitnah siapa" pun saya tidak masukkan dalam hati. Tetap sebuah sajak lama:
Menyadari dunia bagaikan mimpi sehingga tidak mengharapkan apa-apa.
Tidak mengharapkan apa-apa membuat hati menjadi luas dan hening.
Kembali mengikuti alam mimpi layaknya di dalam mimpi.
Mencapai keberhasilan pahala mimpi sebanyak pasir sungai.
Inilah "kebebasan saya di tengah arus air terjun".
Lebih lanjut, pernyataan Guru Zen Shanben:
"Di atas Gunung Gijjhakutta, rumput hijau menjulang tinggi; di dalam Taman Rusa, rubah dan kelinci malang melintang."
(Gunung Gijjhakutta – persamuan gunung spiritual tempat Sang Buddha berceramah Dharma)
(Taman Rusa -- tempat Sang Buddha memutar Dharmacakra dan menyeberangkan lima bhiksu)
Sama dan beda!
Guru Zen Shanben telah menyatakan secara jelas, jika saya berikan petunjuk lagi, berarti benar-benar tidak tahu letak keunikan Zen, setuju?!
Sajak: "Fitnah"
Di dalam mimpi mana ada lagi yang namanya fitnah.
Setelah bangun tidak meninggalkan apa-apa.
Berjalan di alam kekosongan.
Bebas leluasa bagai sesosok Jin Xian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar