PRATIMA TELAH HANCUR BERKEPING-KEPING

Siswa bermarga Wen, suatu kali ketika membersihkan mandala, karena pratima di mandala terlalu tinggi, sebelah kakinya menginjak satu sisi mandala, tak disangka, seketika mandala tidak dapat mengimbangi berat badannya, seluruh mandala pun miring sebelah.

Lantas, seketika, pratima Buddha Bodhisattva di atas mandala berjatuhan satu per satu ke lantai.

"Phong! Phong!"

"Phiang! Phiang!"

Begitu siswa bermarga Wen melihatnya, ingin menangis namun tiada air mata, wajahnya memucat.

Seribu tangan dan seribu mata dari Sahasrabhujanetra Avalokitevara Bodhisattva, berserakan di lantai, padmasana dan tubuh Buddha dan Bodhisattva, terbelah dua, tubuh Buddha dan Bodhisattva pun hancur berkeping-keping.

Tangan Manjushri Bodhisattva yang memegang pedang pusaka, patah, sebilah pedangnya terbang entah ke mana.

Sekujur tubuh Vajrapani Bodhisattva pun hancur berkeping-keping, pecahan-pecahannya berserakan di lantai, bahkan lehernya pun retak.

Mahkota feniks milik Yaochi Jinmu, tercerai-berai.

Ruyi milik Yaochi Jinmu, retak di mana-mana.

Dan lain sebagainya.

Sejak pratima Buddha dan Bodhisattva hancur lebur, siswa bermarga Wen mimpi buruk selama berhari-hari.

Sehingga, ia bergegas melayangkan surat, bertanya pada saya:

"Apa yang harus saya lakukan?"

"Apakah akan terjadi musibah?"

"Apakah dosa saya terlalu berat?"

*

Demikian jawaban saya:

Di dalam Tantra, mandala adalah tempat berpusatnya semua pahala, merupakan semacam simbol spiritual.

Bersihkan dan kumpulkan pratima Buddha dan Bodhisattva yang telah hancur, selanjutnya boleh dibuang ke tengah "laut luas", atau ke tengah "aliran sungai", atau ditanam di dalam "tanah".

Jika Anda mampu, Anda boleh saja kembali mempersemayamkan pratima baru dari "Sahasrabhujanetra Avalokitesvara Bodhisattva", "Manjushri Bodhisattva", "Vajrapani Bodhisattva", "Yaochi Jinmu", dan lain-lain, serta di-kaiguang dan dipersemayamkan ulang.

Visualisasi yang lama, yang telah lancur naik ke angkasa.

Visualisasi yang baru turun dari tengah angkasa ke atas pratima.

Dengan demikian, tidak ada kesalahan lagi.

*

Itu bukan pertanda akan terjadi musibah, atau dosa terlalu berat, semata-mata karena kecorobohan Anda saja. Dosa tidak berlaku untuk hal yang tidak disengaja, jangan menyalahkan diri sendiri.

Saya sejujurnya beritahu Anda:

Asalkan hati Anda memiliki welas asih universal, Anda sendiri adalah Avalokitesvara Bodhisattva.

Asalkan Anda memiliki kebijaksanaan Tathagata, Anda sendiri adalah Manjushri Bodhisattva.

Asalkan Anda memiliki kekuatan Tathagata, Anda sendiri adalah Vajrapani Bodhisattva.

.......

Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani merupakan lambang welas asih, kebijaksanaan, dan kekuatan.

Kita mempersemayamkan-Nya berarti menghormati "welas asih", "kebijaksanaan", dan "kekuatan", selanjutnya belajar "welas asih", "kebijaksanaan", dan "kekuatan".

Pratima Buddha dan Bodhisattva, hanya merupakan simbol spiritual.

Buddha dan Bodhisattva yang sesungguhnya adalah "tidak berwujud", "tidak berbentuk", tidak terbatas, tidak terhingga.

Tujuan Agama Tantra mempersemayamkan mandala serta pratima Buddha dan Bodhisattva adalah untuk kebutuhan "visualisasi" semata.

Tidak ada komentar: