Seorang siswa saya yang bermarga Xu pernah bertanya pada saya, ia pernah membaca sebuah kisah di dalam sebuah buku:
Ada seorang Guru Zen sedang bermeditasi, lalu di sebelahnya ada seorang Guru Zen lain yang sedang mengasah batu bata. Setelah si
Guru Zen ini keluar dari samadhi, ia merasa tingkah laku rekannya
yang sedang mengasah batu bata ini aneh sekali, lalu ia pun bertanya,
"Buat apa Anda mengasah batu bata?"
"Saya mengasah batu bata supaya menjadi cermin."
"Mana mungkin batu bata bisa diasah menjadi cermin?" Guru Zen yang tadinya bermeditasi pun tertawa.
Guru Zen yang mengasah batu bata tersebut balik bertanya, "Lalu buat apa Anda bermeditasi?"
"Saya bermeditasi supaya mencapai kebuddhaan."
"Mana mungkin bermeditasi bisa mencapai kebuddhaan?" Guru Zen yang mengasah batu bata pun tertawa terbahak-bahak.
Setelah membaca koan ini, siswa saya yang bermarga Xu bertanya pada saya, "Saya bingung, sebenarnya perlukah kita bermeditasi?
Pentingkah meditasi?"
*
Berikut adalah jawaban saya:
Apa yang dikatakan oleh Guru Zen yang sedang mengasah batu bata tersebut sangat tepat bahwa seseorang tidak mungkin mencapai kebuddhaan dengan bermeditasi.
"Praktisnya, seseorang tidak mungkin mencapai kebuddhaan hanya dengan bermeditasi maupun setiap hari bermeditasi." Pembaca harus merenungkan dengan seksama kata-kata yang saya ucapkan ini.
Saya jelaskan lagi sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan Samyaksambodhi (pencerahan sejati), bukanlah Samyaksambodhi, itulah samyaksambodhi.
Pencapaian kebenaran sejati, bukanlah pencapaian, itulah pencapaian.
Bukan Buddha.
Bukan pikiran.
Bukan benda.
Jadi, mustahil seseorang bisa mencapai kebuddhaan melalui meditasi, atau langsung mencapai kebuddhaan melalui meditasi. Meditasi tidak berarti mencapai kebuddhaan.
(Orang yang memahami pikiran dan menemukan jati diri mengerti maksud tulisan saya di atas, sementara orang yang belum memahami pikiran dan menemukan jati diri akan bingung dengan tulisan saya)
Pokoknya:
Bermeditasi tidak mungkin langsung mencapai kebuddhaan.
*
Lalu sebenarnya perlukah kita bermeditasi?
Saya menjawab, "Perlu."
Pentingkah meditasi?
Saya menjawab, "Penting."
Sebuah kitab Prajnaparamita Hrdaya Sutra yang tipis berisi tentang pencerahan agung yang dicapai oleh Avalokitesvara Bodhisattva lewat meditasi yang sangat dalam.
Saya beranggapan bahwa:
Tujuan saya berlatih empat jenis dhyana dan delapan jenis kestabilan, serta memasuki samadhi adalah mengikis satu per satu sifat dan kebiasaan saya yang bertumpuk selama turun-temurun.
Seseorang tidak dapat langsung mencapai kebuddhaan melalui meditasi, namun, lewat meditasi benih sifat dan kebiasaan kita dapat terkikis.
Seseorang tidak dapat langsung mencapai kebuddhaan melalui meditasi, namun lewat meditasi seseorang bisa memperoleh kebijaksanaan untuk mencapai kebuddhaan.
Seseorang dapat memperoleh kebijaksanaan atas kebenaran duniawi dan kebenaran sejati lewat meditasi. Ini adalah prasyarat mencapai kebuddhaan, semacam kebijaksanaan yang tertinggi dan luar biasa.
Kebijaksanaan yang diperoleh lewat meditasi, terdiri dari:
-Astronomi alam semesta.
-Fisiologi kehidupan.
-Teori atom. (prana, nadi, dan bindu)
-Teori ruang dan waktu.
-Teori mistis. (kesaktian)
-Teori vijnana.
-Dan lain-lain.
Dengan berbekal kebijaksanaan agung ini, seseorang akan mudah mencapai kebenaran sejati (pencerahan sejati).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar