Akhir-akhir ini, ada seorang siswa bernama Lianhua Tianzhu, mengirim sepucuk surat, saya suka sekali, berikut isi suratnya:
Buddha Guru yang terhormat dan terkasih:
Salam! Akhir-akhir ini siswa menemukan, semua penglihatan adalah "penglihatan hati", hati timbul maka Dharma pun timbul, jika hati tidak timbul, segalanya hening. Sebenarnya hati memang sesuai dengan kebenaran, juga tidak perlu timbul hati untuk menyesuaikan dengan kebenaran, ibarat menekan kepala di atas kepala, pokoknya tidak bisa menyatu.
Kebuddhaan bukan sesuatu yang diusahakan, kebenaran bukan sesuatu yang diusahakan, jika ada usaha, malah menjadi jauh. Terhadap insan, Buddha mampu mengasihi dan memberi, namun, segala yang dilakukan, memang seharusnya demikian. Juga tidak melekat pada tingkat kebuddhaan, demikian baru disebut Buddha. Jika demi mencapai tingkat kebuddhaan sehingga giat menekuni, itu masih tergolong Dharma berkondisi.
Jika demi berhasil mencapai tingkat kebuddhaan, baru giat menekuni nirvana, itu adalah kekeliruan Sravakayana.
Jadi, ketika siswa ingin mundur dari usaha mencapai tingkat kebuddhaan, tiba-tiba tercerahkan seketika. Jika mundur itu ada tujuannya, ibarat catur masih kurang 1 tindakan, sungguh "tak ada satu Dharma pun yang bisa didapat". Tiba-tiba merasa tidak ada tempat untuk melanjutkan permainan, pikiran yang rumit dengan sendirinya berhenti, dalam hati terasa hening tiada tara.
Jika hendak mengutarakan Dharma sejati, yang sejati hanya bungkam.
Jadi, siswa beranggapan:
Dharma tidak terlahirkan karena hati itu tidak ada.
Hati tidak timbul maka hening.
Hati tidak terikat kencang dan tidak ada kerisauan.
Menuruti jodoh duniawi tanpa rintangan.
Demikian saya berbagi hasil pemikiran saya akhir-akhir ini dengan Buddha Guru, terlampir persembahan yang tidak berarti, mohon Mahaguru menerimanya dengan tawa.
Semoga setiap kehidupan dapat mengikuti langkah Buddha Guru, melatih diri dan menyeberangkan insan.
*
Ketika menerima surat ini, saya baca sekali, hati saya menerawang. Saat itu sudah malam, saya ambil satu kantong belanja, keluar rumah, pergi ke supermarket, beli "susu kacang berserat tinggi tanpa gula", beli "keju", beli "roti", kemudian kembali lagi ke tempat tinggal saya.
Terhadap surat ini, saya ajukan beberapa pertanyaan untuk siswa mulia:
1. Apa garis besar dari surat ini?
2. Demi berhasil dalam Buddhadharma, sehingga giat menekuni, salah di mana?
3. Jika semua adalah "keberadaan ilusi", bagaimana?
4. Jika semua adalah "kekosongan sejati", bagaimana?
5. Tidak ada tempat untuk melanjutkan permainan, bagaimana mencapai kebuddhaan?
6. Apa itu "Dharma berkondisi"?
7. Apa itu "Dharma tak berkondisi"?
8. Sajak dari Lianhua Tianzhu itu, saya suka sekali, namun, bagaimana melaksanakannya?
9. Apa itu pencerahan?
*
Saya menulis "Dharma Zen Satya Buddha", baca ulang "Wu Deng Hui Yuan", sudah menulis sampai buku ke-11. Saya menulis buku sudah mencapai 221 judul buku.
Judul buku ini adalah Dansa Bersama Pencerahan, berarti "menyatu".
Dua dijadikan satu.
Satu dijadikan dua.
Dua dijadikan satu. Adalah pikiran vijnana.
Satu dijadikan dua. Adalah pikiran madhyamika.
000. Adalah pikiran pencerahan.
Hari ini saya menyatakan bahwa:
Saya bhiksu kecil ini selalu kurang kebijaksanaan dan pandangan, kalian di tempat saya, saya juga jarang memberikan petunjuk, tidak ada satu Dharma pun yang bisa bantu siswa mulia, hanya menulis buku-buku yang membosankan ini. Semoga mendapatkan manfaat dari membaca buku ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar