Menyanyikan Setembang Lagu Cinta Untuk Siapa?

: 221_Dansa Bersama Pencerahan
on 2011/4/19 1:35:01 (114 reads)

Menyanyikan Setembang Lagu Cinta Untuk Siapa?

Di atas Dharmasana Taiwan Lei Tsang Temple, saya berceramah tentang SUTRA ALTAR PATRIAK VI, setiap Sabtu pukul 3 sore, hadirin mencapai 10 ribu orang, pembabaran Dharma sangat sukses dan menghebohkan seketika.

Suatu kali, saya menyampaikan cerita lucu tentang "kesenjangan antara generasi yang berlainan".

Seorang anak berkata pada ayahnya, "Apa kesanmu terhadap Chrysanthemum Flower Bed?"

Ayah menjawab, "Saya tidak pernah minum."

Saya berkata, inilah "kesenjangan antara generasi yang berlainan". "Chrysanthemum Flower Bed" adalah judul lagu modern, ayahnya tidak pernah dengar, dikiranya nama arak.

Di atas Dharmasana, tadinya ingin menyanyikan setembang lagu cinta untuk mempelai yang saya berkati pernikahannya, malah tidak jadi bernyanyi.

Ini adalah lagu Lee Hom:

"Kayu bakar, beras, minyak, garam, kecap, cuka, dan teh.
Setitik dan setetes adalah kebahagiaan yang sedang bertunas.
Rembulan berliku-liku mencintai dengan bodoh.
Ada kamu.
Apapun tidak mengapa.

Mengapa saya tidak jadi menyanyikan, karena setelah saya "memahami hati dan menyaksikan Buddhata", tidak tahu lagu cinta dinyanyikan untuk siapa?

"Tidak tahu lagu cinta dinyanyikan untuk siapa?"

Mohon siswa mulia mencerahinya, setelah memahami hati dan menyaksikan Buddhata, lagu cinta dinyanyikan untuk siapa?

Siswa mulia mengerti, bagus; tidak mengerti juga bagus, pokoknya, saya tidak bersalah terhadap para insan.

*

Guru Zen Yilong, Yuquan, Fuzhou, naik Dharmasana, berkata, "Gunung, sungai, dan daratan luas, semua berada di dalam mata umat manusia, mengapa mengatakan mengerti atau tidak?"

Bhiksu bertanya, "Gunung, sungai, dan daratan luas di dalam mata, Guru Zen ingin menunjuk siapa?"

Guru Zen Yilong menjawab, "Hanya demi naik Dharmasana dan memahami ke mana saya pergi!"

Bhiksu bertanya, "Jika saya tidak bertanya seperti ini, siapa tahu kemudahan ternyata bukan pemberian hampa?"

Guru Zen Yilong berkata, "Seperti setembang lagu, baru dapat didengar, namun, ditiup angin pula, seakan-akan melodi pun berubah."

(Saya pribadi sangat mengagumi satu kalimat dari Guru Zen Yilong ini, setembang lagu, baru dapat didengar, begitu angin bertiup, melodi berubah. Saya sangat nyaman mendengar kalimat ini, ada rasa Dharma)

Saya menyanyikan lagu cinta.

Menulis ALIRAN AIR MOON RIVER. (buku cinta)

Seakan-akan ada "petunjuk", karena lagu cinta, karena seperti buku cinta, baru dapat didengar, baru dapat dibaca, jika tidak bernyanyi seperti ini, tidak menulis seperti ini, siapa dapat mendengar? Siapa dapat membaca?

Namun, saya punya arti yang mendalam, kemudahan ternyata bukan pemberian hampa.

Menyanyikan setembang lagu cinta untuk siapa?

Menuliskan sebuah buku cinta untuk siapa?

(Inilah arti yang mendalam)

*

Seseorang bertanya pada saya, "ALIRAN AIR MOON RIVER, satu buku ini, pemeran utama wanita dalam buku sebenarnya maya atau nyata?"

Saya jawab, "Hanya karena lagu cinta, baru dapat didengar; hanya karena buku cinta, baru dapat dibaca."

Orang bertanya, "Xiaxia itu nyata?"

Saya jawab, "Ditiup angin, melodi pun berubah."

Orang bertanya, "Banyak orang mengira dirinya adalah Xiaxia (pemeran utama wanita)."

Saya menjawab, "Saya tidak kenal Xiaxia!"
Printer Friendly Page Send this Story to a Friend

Tidak ada komentar: