Di dekat gubuk saya, ada sebuah kuil kecil beraliran Tao yang sembahyang "Xuantian Shangdi" sebagai yidam utama, ada seorang bapak setengah baya, sedang bantu orang tolak bala, menenangkan anak yang ketakutan, melihat fengshui rumah, menerima konsultasi, dan lain-lain.
Pengunjung di tempat saya membludak, setiap hari 300 orang, penuh sesak, tergolong sangat berjaya.
Sedangkan tempatnya, di depan pintu hanya ada 2-3 ekor anak kucing, di ambang pintu pun bisa menangkap pipit, bahkan bunyi tambur pun tidak ada, sunyi senyap. Sekalipun ia mengikat handuk merah di kepalanya, telanjang dada, bagian bawah tubuh dibalut rok dewa, sepasang tangan memegang pedang ikan hiu, mati-matian membacok punggungnya, darah mengalir deras, ibarat medium, namun orang yang mengerumuninya hanya 2, satu adalah istrinya, satu lagi adalah anaknya.
Pejalan kaki yang melihatnya, hanya geleng kepala dan mendesah saja.
Bapak setengah baya itu, malam minum arak, mencari teman mengobrol, lalu buka mulut marah besar pada Mahaguru Lu, "XXX, XXX, XXX, saya tidak percaya ia punya kesaktian apa, ia hanya mengandalkan mulutnya, bicara sembarangan dan omong kosong."
Melanjutkan, "Apaan Buddha Hidup, dia itu monyet hidup, topeng monyet, bicara sembarangan, penipu ulung."
Melanjutkan, "Dia itu apapun palsu, saya baru asli, yang palsu hanya sementara saja, yang asli adalah abadi. Si brengsek itu, saya mau pukul dia, agar dia babak belur dan mati muntah darah."
Melanjutkan, "Saya mau paku dia dengan Ilmu Memaku Arwah dengan 7 Anak Panah", supaya dia meninggal dunia tanpa sebab dalam 7 hari, jika ia tidak datang memohon pada saya, saya buat dia mati dan jatuh ke neraka Avici besar tingkat 18 dan tidak bisa bereinkarnasi lagi selamanya."
Melanjutkan, "Apapun dewa Dharmapala yang dia punya, saya tidak takut, XXX, XXX..."
Temannya berkata, "Dia sangat tepat!"
"Tepat kentutnya!" ia berteriak.
"Dia sangat sakti!"
"Sakti burungnya!" Ia berkata, "Saya berikan dia makan burung saya!"
Bapak setengah baya itu makin bicara makin emosi, mata pun merah, mulut mengunyah pinang, nada kebencian tidak ada habis-habisnya, berulang kali memukul meja.
Tiba-tiba, wajahnya kram, mulut bengkok sebelah. Sekujur tubuh gemetaran tanpa henti.
Temannya terperanjat begitu melihatnya, lalu mengantarnya ke rumah sakit untuk diperiksa, dokter berkata, "Syarat wajah lumpuh.".....
Sejak itu, mulutnya pun bengkok, bicara tidak jelas, air liur bercucuran pun tidak sadar.
Teman menasihatinya, "Cari Mahaguru Lu untuk bertobat! Mahaguru Lu pasti akan bantu menyembuhkanmu, Mahaguru Lu sangat baik hati."
"XXX." Ia mau marah, mulutnya makin bengkok.
Temannya menasihatnya lagi, ia bersikeras tidak sudi, ia berkata, "Sekalipun mati, saya tidak akan mencarinya untuk menyembuhkan saya."
Bapak setengah baya meminta petunjuk dokter dan dewa, mulutnya tetap bengkok. Setelah waktu berlalu 2 bulan lamanya.
Bapak setengah baya dibawa temannya mencari saya.
Bapak setengah baya mengangguk pada saya, ada penyesalan.
Saya berkata, "Saya bantu sembuhkan Anda, lain kali Anda jangan memarahi saya lagi."
Ia mengangguk.
Saya berkata, "Di tempat saya ini ada yang butuh menenangkan anak yang ketakutan, yang butuh memberikan nama, yang kerasukan, saya rekomendasi ke tempat Anda saja!"
Ia mengangguk terima kasih.
Saya melihatnya benar-benar menyesal, lalu mengembangkan Buddhadharma, memperagakan kesaktian, saya japa:
Bebas dari berlaksa jodoh, hati pun tiada masalah.
Hanya sunyata saja, tenang dengan sendirinya.
Jenderal Jirah Besi membukakan gembok.
Wajah kembali normal.
"Jenderal Jirah Besi" itu melepaskan gembok, mulut medium setengah baya dari bengkok langsung menjadi normal.
Orang yang melihatnya berdecak kagum, menakjubkan sekali!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar