Semangat Taat Sila

Sejak zaman dulu, semangat taat sila amat ditonjolkan dan ditegaskan secara serius agar Buddhadharma dapat dilestarikan di muka bumi ini.

Seorang Guru akan bertanya pada seorang siswa yang siap menerima sila, "Sanggupkah bertahan atas Sepuluh Perbuatan?"

Siswa menjawab, "Sanggup."

Apa yang dimaksud dengan Sepuluh Perbuatan? Sepuluh Perbuatan tersebut sangat menakutkan, yakni:

1. Memotong daging sendiri untuk dimakan elang.
2. Merelakan tubuh sendiri untuk dimakan macan.
3. Memenggal kepala sendiri untuk dikorbankan kepada dewa.
4. Mematahkan tulang sendiri untuk diambil sumsumnya.
5. Menancapkan ribuan lilin di tubuh untuk dijadikan penerangan.
6. Mencungkil mata sendiri untuk didonorkan pada orang lain.
7. Menguliti kulit sendiri untuk ditulisi sutra.
8. Menusuk jantung sendiri untuk menyatakan kebulatan tekad.
9. Membakar tubuh sendiri untuk dipersembahkan pada Buddha.
10. Mengucurkan darah sendiri untuk menyiram tanah.

Kesepuluh perbuatan tersebut menggambarkan semangat pengorbanan diri Bodhisattva Mahayana. Tentu, saya tidak minta siswa melakukannya karena ini merupakan tindakan menyiksa diri yang saya kira sudah tidak sesuai lagi pada zaman sekarang. Namun, bagi orang yang menerima sila dan bertekad menaatinya lalu menyatakan sanggup bertahan atas Sepuluh Perbuatan ini, tentu tidak akan sembarangan melanggar sila dengan mudah. Paling tidak belajarlah pada semangat orang bijak zaman dulu yang menaati sila dengan gigih!

Sekarang ini banyak sadhaka Zhenfo Zong yang menjalani Bodhisattva-sila. Tidak sedikit pula yang menjalani Sila Kebhiksuan. Namun, sedikit sekali yang sanggup menaati sila dengan sungguh-sungguh. Hal ini cukup prihatin. Saya tidak menemukan sedikit pun semangat taat sila dalam diri mereka. Sangat disesalkan.

Ketahuilah, orang yang memiliki wawasan luas tentang sila dan senantiasa mematuhi sila dengan ketat, disebut Guru Vinaya; orang yang melatih meditasi Zen dan memperoleh pencerahan, disebut Guru Zen; orang yang memahami dan menekuni doktrin Tantra maupun non-Tantra serta mengamalkannya, disebut Guru Dharma. Yang memiliki ketiga-tiganya, disebut Vajra Acarya yang sejati.

Tidak ada komentar: