Kembali Bertemu Sang Buddha (Bagian Keenam)

Sakyamuni Buddha memperlihatkan sekujur tubuh-Nya di dalam samadhi saya, membahas prinsip kebenaran, menyingkap teka-teki urusan duniawi satu per satu. Saya memang seorang arya sangha, namun, penjelasan-penjelasan yang luar biasa ini ada manfaatnya buat Anda semua, oleh karena itu, saya harus menuliskannya demi kebaikan dan kebahagiaan untuk para insan.

Sang Buddha bertanya pada saya, "Media massa masyarakat sekarang telah menghina dan menjelek-jelekkan Anda, apa pendapat Anda?"

Saya menjawab, "Itu adalah pendapat orang sana."

Sang Buddha bertanya, "Lantas, ada apa di sini?"

Saya menjawab, "Di sini tidak ada media massa, tidak ada penghinaan, tidak ada penjelekan."

Sang Buddha menjawab, "Mengapa?"

Saya menjawab, "Saya bukan si marga Lu, apa yang bisa orang lain perbuat pada saya?"

Sang Buddha sangat kagum begitu mendengarnya, menepuk-nepuk pundak saya, berkata, "Ini baru siswa Buddha sejati!"

Saya berkata, "Saya juga tidak memiliki tubuh 6 zhang!"

*

Sang Buddha bertanya, "Dulu Anda membuka mata batin, Anda diwariskan petuah: setulus hati belajar Buddha, setulus hati belajar Dharma, setulus hati berbuat kebajikan, kini, tahukah Anda apa itu Buddha? Apa itu Dharma? Apa itu kebajikan?"

Saya menjawab, "Buddha adalah manusia dalam mimpi, Dharma adalah mimpi, kebajikan adalah perihal dalam mimpi."

Sang Buddha berkata, "Tak ada orang yang mengenalnya."

Saya mencapai pencerahan agung di bawah pernyataan tersebut.

Sang Buddha bertanya, "Apa maksudnya Dharma masih harus dilepaskan?"

Saya menjawab, "Sesungguhnya tiada Dharma, bagaimana melepaskan? Bagaimana harus dilepaskan?"

Sang Buddha bertanya, "Para Buddha lahir di dunia, sebenarnya demi apa?"

Saya menjawab, "Demi keledai."

Sang Buddha tertawa, senang sekali, saya juga tertawa, lebih senang lagi, ha ha ha ha.

*

Sang Buddha bertanya, "Bagaimana kalau saat Saya Buddha Sakyamuni belum terlahir di dunia?"

Saya menjawab, "Tiada masalah."

Sang Buddha bertanya lagi, "Lantas bagaimana kalau Saya terlahir di dunia?"

Saya menjawab, "Tiada masalah."

Sang Buddha bertanya, "Belum terlahir di dunia memang tiada masalah, terlahir di dunia juga tiada masalah, lantas mengapa harus terlahir di dunia?"

Saya menjawab, "Demi tangan memegang bunga!"

Sang Buddha menjawab, "Lantas demi apa Anda terlahir di dunia?"

Saya menjawab, "Demi ayam emas berdiri dengan satu kaki."

Saya dan Sang Buddha saling mengusap telapak tangan dan tertawa lebar!

Tidak ada komentar: