Mantra Trisuddha


Mantra Trisuddha antara lain :

Agni-sthiti-suddha. ( Kesejatian Berdiam Dalam Api )
Svara-sthiti-suddha. ( Kesejatian Berdiam Pada Suara )
Svara-phala-suddha. ( Kesejatian Hasil Dari Suara )

Sutra Hasil Usai Dhyana mengatakan : “Penjapaan mantra berkonsentrasi pada api menghasilkan keberhasilan kundalini, berkonsentrasi pada suara menghasilkan yoga dan hasil dari svara adalah moksa, inilah Trisuddha ( Tiga Kesejatian ).”
  
Berikut merupakan pengulasan saya akan Trisuddha :

Agni-sthiti-suddha :
Penekunan internal dalam tantrayana dikondisikan pada api internal, angin memberikan daya pergerakan, merupakan samadhi yang bersandar pada sukha dan hangat. Berikutnya adalah ‘asap’, disusul oleh ‘api’, dan terakhir adalah ‘terang’. Bangkitnya api internal dikarenakan konsentrasi pada aksara mantra dengan atribut bersemayam dalam api.

Bangkitlah kundalini, sehingga penjapaan menghasilkan Dharmabala, batin berdiam pada Samadhi Cahaya Api, oleh karena itu disebut : Kesejatian Berdiam Dalam Api.

Svara-sthiti-suddha :

Makna dari sthiti yaitu batin sendiri berdiam sehingga tidak muncul berbagai noda batin. Suara mantra yidam berasal dari samadhi akan suara dan pendengaran, ini disebut sebagai ‘Kesejatian Suara Dewata’, dengan kata lain antara mantra yidam dengan diri sendiri, bagaikan air dan susu yang saling melebur, keduanya manunggal. Saat itulah sadhaka tantra yang menekuni penjapaan mantra telah berdiam dalam Yoga Suara Dewata.

Suara mantra tidak terputus dan tidak tergoyahkan.
Makna dari kekokohan dan ketenteraman yukta ada di dalamnya.

Svara-phala-suddha :

Berawal dari penekunan mantra tantra, penjapaan dengan bersuara hingga penjapaan dalam batin, akhirnya saat mencapai kemurnian ucapan, bertahap semakin melepas, terus hingga merealisasi Dharmakaya, sehingga dikatakan bahwa setelah bersuara menjapa mantra, memperoleh Kesejatian Dharmadhatu, hingga mencapai moksa.
  
Hasil dari suara adalah moksa, ini adalah terlebih dahulu merealisasi Dharmakaya dan akhirnya membebaskan semua.

( Di atas merupakan Mantra Trisuddha )


  ●

Saya ( Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu ) mendalami hubungan antara penekunan mantra tantra dengan samadhi, menghasilkan empat jenis samadhi sebagai berikut :
  
1. Konsentrasi Kasar : Berawal dari wujud aksara mantra, maupun suara aksara mantra, digunakan untuk belajar mengendalikan pikiran supaya tidak buyar, saat penjapaan telah mencapai kekokohan, ini disebut sebagai ‘Konsentrasi Kasar’.
2. Konsentrasi Batin : Berawal dari pengendalian pikiran supaya tidak buyar, penjapaan benar-benar didengar, konsep akan tubuh telah dilepaskan dan batin terkendali, ini disebut sebagai ‘Konsentrasi Batin.’
3. Konsentrasi Halus : Mulut tidak menjapa mantra, hanya batin yang menjapa, ini disebut sebagai ‘Berdiam Halus’.
4. Konsentrasi Yang Paling Halus : Melepaskan semua, menyingkirkan segala konsep manusia, aku dan dharma. Melebur dalam kesunyataan, saat ini disebut sebagai Acalaprabha, merupakan Konsentrasi Yang Paling Halus.
  
Empat jenis samadhi ini dapat dikatakan sebuah tahapan, seperti yang dikatakan dalam sutra : “Saat batin dapat berkonsentrasi pada satu kondisi, maka batin akan menghasilkan sukacita besar, dari sukacita diperoleh sensasi ringan, dari sensasi ringan diperoleh ketenteraman, tubuh dan batin berada dalam kestabilan dan ketenteraman dikarenakan samadhi, demikianlah penjapaan yang tanpa rintangan.”
  
 ●

Apa adanya saya beritahukan pada Anda semua :

Metode tantrayana adalah sejati.
Ajaran tantrayana adalah sejati.
Dharma Tantra yang diajarkan oleh Buddha Hidup Lian-sheng adalah sejati.
Tata ritual Sadhana Tantra Zhenfo adalah sejati.  
Menekuni sesuai instruksi, maka pasti akan memperoleh keberhasilan agung.

  ●

Kondisi yang tertinggi ‘Konsentrasi Paling Halus’ adalah Buddhata ‘Acalaprabha’, banyak orang yang menanyakan bagaimana cara melatihnya ?
  
Saya menjawab :
Kondisi ini dapat dikatakan merupakan salah satu dari Tri-drsti-namitta-mudra : ‘Santam Nirvanam’ ( Kedamaian Nirvana ). Yaitu : Kesunyataan Moksa, telah mematahkan kemelekatan akan ‘atman’ yang menjadi akar tiga eksistensi.
  
Kondisi ini hanya dapat dikatakan demikian :

Tak lahir dan tak mati.
Tak kotor dan tak murni.
Tak bertambah dan tak berkurang.
Tiada memperoleh dan tiada kehilangan.
Tiada rupa tiada atribut.

Esensi Dharma sejatinya adalah : Sunya dan Anupatta (Tiada Kemelekatan).

Menurut saya untuk merealisasikan ‘Acalaprabha’, pengetahuan akan teori sunya dan anupatta tidaklah cukup, sebab pada prakteknya sadhaka belum mampu merealisasi sunya dan anupatta.

Sunya dan anupatta yang hanya dibicarakan saja tiada artinya samasekali.

Tantrayana melatih prana, membangkitkan kundalini, menghasilkan Samadhi Sukha dan Kehangatan, merupakan Samadhi Cahaya Ketenteraman yang sangat berkekuatan.
  
Saat penekunan prana, nadi dan bindu mencapai kekokohan, kundalini akan membakar sekujur tubuh menjadi Samadhi Cahaya Api, dari Samadhi Cahaya Api barulah dapat melebur dalam Kesunyataan, dengan demikian barulah membuktikan sunya dan anupatta yang sebenarnya.

Dengan demikian barulah dapat menghancurkan pandangan akan manusia, aku dan Dharma. Mencapai tiada manusia, tiada aku dan tiada Dharma.

Jaman sekarang banyak sekali bhiksu yang dapat membicarakan sunya dan anupatta, namun hanya sebatas teori, sesungguhnya belum merealisasinya, ketekunan bersadhana lebih penting daripada teori belaka !