Asli dan Palsu

Seorang Bhiksu bertanya pada saya, "Mahaguru Lu, siapa yang membuktikan Anda seorang Buddha sejati?"

Saya menjawab, "Terima kasih atas pembuktian Anda."

Si Bhiksu bertanya lagi, "Saya tidak membuktikan Anda!"

Saya menjawab, "Satu pertanyaan ini saja, berarti membuktikan." (Memiliki arti yang dalam)

Saya berkata pada Si Bhiksu, "Siapa yang membuktikan Buddha Sakyamuni? Siapa yang membuktikan Yesus? Siapa yang membuktikan Nabi Mohammad?"

Saya berkata pada Si Bhiksu, "Punya bukti, itu pasti asli? Tidak punya bukti, itu pasti palsu? Mahaguru Lu punya bukti yang sempurna, namun, saya tidak pernah memamerkan pembuktian dari orang lain, saya membuktikan diri sendiri."

Si Bhiksu bertanya, "Bagaimana membuktikan diri sendiri?"

Saya menjawab, "Pelita diri menyala."

Si Bhiksu bertanya, "Menurut Anda, rinpoche-rinpoche itu asli atau palsu?"

Saya menjawab, "Mayoritas palsu?"

Si Bhiksu bertanya, "Bagaimana melihatnya?"

Saya menjawab, "Saya bisa melihatnya."

(Guru Thubten Dhargye membuktikan diri saya dalam jumlah yang tak terhitung. Namun, penerangan sempurna diri saya, mencapai pencerahan dan menyaksikan Buddhata, barulah bukti sejati. Bukti bukan selembar kertas, melainkan Tathagata membuktikan Tathagata, sesama Buddha tahu, orang lain tidak tahu)

*

Guru Zen Fa'an dai Bao'en Yuan, Jinling.

Bhiksu bertanya, "Sesepuh bersabda, segala Dharma menjadikan tiada kelahiran sebagai aliran, bagaimana aliran tiada kelahiran itu?"

Guru Zen Fa'an menjawab, "Sebuah pertanyaan yang bagus."

Bhiksu bertanya, "Dalam Buddhadharma, mohon Guru leluasa membuktikan?"

Guru Zen Fa'an menjawab, "Telah leluasa membuktikan!" (Memiliki arti yang dalam)

Bhiksu bertanya, "Bagaimana hati Buddha purba?"

Guru Zen Fa'an menjawab, "Masih perlukah bertanya?"

(Bhiksu Zen Fa'an ini, juga tidak menjawab apa-apa, membuktikan diri sudah cukup, segalanya diri sendiri yang tahu)

*

Guru Zen Qingxi dari Yunju Shan, Nankang.

Ada seorang penekun Zen masuk vihara, melihat di depan patung Bhiksu Fayan, disembahyangi sepiring buah-buahan.

Penekun Zen bertanya, "Apakah patung Bhiksu Fayan itu asli? Apakah buah-buahan asli?"

Guru Zen Qingxi menjawab, "Semua palsu."

Penekun Zen berkata, "Fayan palsu, buah juga palsu, lantas mengapa mau disembahyangi?"

Guru Zen Qingxi menjawab, "Justru mau Anda mengenali kepalsuan."

"Buat apa mengenali kepalsuan?"

Guru Zen Qingxi menjawab, "Melatih jati diri yang asli."

(Siswa suci, sekarang Anda seharusnya mengerti, apa itu asli, apa itu palsu! Jaga diri! Jaga diri!)

Tidak ada komentar: