Mengoceh Tanpa Henti

Dakini Putih berkata, "Ucapan tidak baik mencakup ucapan negatif, ucapan negatif mengandung 3 macam arti: 1, mengucapkan kata-kata membosankan. 2, menceritakan humor cabul. 3, mengoceh tanpa henti."

Saya berkata, "Sadhaka seharusnya diam adalah emas, banyak melakukan tugas latihan visualisasi, karena bicara terlalu banyak adalah obrolan tak berarti. Pertama, membuang-buang waktu yang berharga; kedua, banyak bicara pasti ada yang salah bicara; ketiga, petaka keluar dari mulut; keempat, humor cabul juga melanggar Samaya."

Saya sering dengar orang berkata:

Kami telah bicara 3 hari 3 malam.

Kami mengobrol sampai pagi.

Orang bosan mencari orang bosan untuk mengobrol, mengobrol dan mengobrol, mengobrol sampai akhirnya masih tetap bosan.

Banyak orang suka mengobrol.

Banyak orang suka mengoceh.

Dakini Putih berkata, "Ucapan yang tak penting, omong kosong, ucapan yang tak berhubungan, lebih baik dikurangi. Karena membuang-buang masa hidup, bisa jatuh ke dalam 3 alam samsara, menjadi jangkrik, kodok, serangga, dan lain-lain yang mengoceh tanpa henti."

"Mengobrol menjadi kebiasaan, mengobrol dijadikan hobi."

"Suka mengobrol tanpa arti, bagi sadhaka, bisa mempengaruhi melafalkan nama Buddha, japa mantra, latihan visualisasi, samadhi, ketekunan, kebijaksanaan, juga gampang melanggar Samaya ucapan."

Saya dalam-dalam merasakan:

Hidup sudah terlalu singkat, waktu sering tidak cukup digunakan, ditambah lagi orang-orang sibuk menggeluti karirnya, waktu yang tersisa digunakan untuk bersadhana pun sudah sangat tidak cukup lagi.

Jika:

Mengobrol.

Mengoceh.

Habis-habisan mengucapkan kata-kata tak berarti.

Memangnya tidak membuang-buang waktu.

*

Seseorang bertanya pada saya, "Mahaguru Lu naik Dharmasana, sering berceramah Dharma, bicara berlebih-lebihan, jika ceramah Dharma tersebut dikumpulkan, bukankah menjadi sebuah gudang buku? Apakah ini jika bukan mengoceh tanpa henti?"

Saya menjawab, "Tidak mengucapkan sepatah kata pun!"

Seseorang bertanya pada saya, "Mahaguru Lu menulis lebih dari 200 judul buku, semua ditulis dengan tangan sendiri, menghabiskan waktu 40 tahun, itu juga sama halnya dengan mengoceh tanpa henti lewat tulisan dalam buku, waktu ini bukankah terbuang sia-sia?"

Saya menjawab, "Tidak menulis satu kata pun!"

Seseorang bertanya pada saya, "Dialog antar sesama Guru Zen, apakah termasuk mengoceh?"

Saya menjawab, "Ajaran."

"Ajaran apa?"

"Percikan api pada gesekan batu, sudah melewati banyak kalpa."

"Tidak mengerti?"

Saya menjawab, "Ember cat ini. Masih tidak cepat cerahi!"

Saya berkata, "Dialog antar sesama Guru Zen, sama sekali bukan mengoceh atau mengobrol, Mahakalyanamitra hanya memberitahu orang lewat mulut, disampaikan lewat beberapa kata yang paling sederhana, mengandung arti yang dalam, memekakkan telinga, mengajarkan para insan!"

Ceramah Dharma saya adalah "Prajna".

Tulisan saya adalah "kebijaksanaan Buddha".

Tidak ada komentar: