Pertama-tama saya mau menjelaskan:
Buddha Sakyamuni pada prajna kebijaksanaan pemutaran Dharmacakra yang kedua, khusus menekankan tentang pandangan "sunyata".
Terutama "tiada jati diri".
Mengapa harus menekankan "sunyata"?
Karena kita manusia biasa, selalu mengira "aku" itu benar-benar ada, "hal ikhwal" itu juga benar-benar ada.
Buddha Sakyamuni demi memecahkan "benar-benar ada" dari umat manusia, itu sebabnya harus menjelaskan tentang "sunyata".
Agar umat manusia dapat memahami hakikat dari semua dharma adalah "sunyata".
Dengan adanya "sunyata", bisa memecahkan:
Kemelekatan.
Rintangan karma.
Kerisauan.
Sifat dan kebiasaan buruk.
Menyeberangi samudera samsara.
*
Buddha
Sakyamuni pada pemutaran Dharmacakra ketiga, menjelaskan lagi tentang
Tathagatagarbha atau Tathagata di dalam Tathagatagarbha.
Ini menjelaskan tentang memahami Buddhata dan mencerahi Buddhata.
Saya merasa:
Mengatakan "segalanya adalah kosong", seakan-akan tidak ada satu benda pun, apa lagi yang bisa dikatakan?
Mengatakan "memahami Buddhata" dan "mencerahi Buddhata".
Dengan demikian baru dapat menjelaskan, setiap manusia memiliki Buddhata.
Bodhisattva
Nagarjuna berkata, "Seorang yang memiliki bakat dan kebijaksanaan yang
sangat tinggi, jika salah mencerahi "sunyata", tidak dapat mencapai
keberhasilan agung."
Lebih lanjut:
Saraha berkata, "Orang
yang menganggap aku dan insan serta segala hal ikhwal adalah nyata,
lebih bodoh daripada sapi, namun, orang yang melekat pada segalanya
tidak ada, lebih bodoh daripada sapi yang paling bodoh."
Dengan demikian --
Kosong.
Ada.
Insan tidak mengerti!
*
Pemahaman saya pribadi adalah:
"Tubuh maya" ditambah "terang" adalah Buddha.
"Sunyata" ditambah "sambuddha" adalah pencerahan sejati.
Mengatakan "hati". "Hati" tidak bisa ditemukan.
Mengatakan "Sambuddha", barulah dapat memahami wujud sejati dari kebenaran, yang satu ini juga sangat sulit dikenali.
Namun, saya telah mengenali.
Sehingga saya berkata, saya adalah orang yang benar-benar mencapai pencerahan.
*
Bertemu yidam adalah berdiri pada titik ini, dengan kata lain, berada di atas "Sambuddha".
Di antara "kelahiran" dan "tiada kelahiran".
Di antara "kosong" dan "ada".
Di antara "kelahiran maya" dan "perasaan maya".
Di antara "wujud yang tampak" dan "bukan wujud".
Bertemu yidam adalah sunya sejati dan abhava mulia yang merupakan hasil penjelmaan.
Misalnya:
Dharmakaya -- kosong tanpa sesuatu.
Sambhogakaya -- terang dan agung.
Nirmanakaya -- menitis menjadi segala sesuatu.
Buku "Bertemu Yidam" ini muncul begitu misterius dan menakjubkan. Marilah kita semua, tekan, "Suka!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar