Sebuah lelucon:
Alkisah ada sepasang suami istri sedang jogging
di taman kota, sesaat sang istri melihat di danau ada dua ekor angsa
saling bertautan, sangat mesra.
Begitu sang suami melihat, tidak berkata apa-apa.
Kemudian, pasutri melanjutkan jogging, hingga matahari terbenam di ufuk barat, mereka kembali lagi ke tepi danau.
Sang istri berkata lagi, "Lihat, kedua angsa masih ada! Masih bermesraan, benar-benar menyentuh."
Sang suami melayangkan pandang, merasa ada yang tidak benar.
Sang
suami berkata, "Tidak benar! Tidak benar! Kamu perhatikan lebih jelas,
angsa betina itu bukan lagi angsa betina yang tadi pagi."
Begitu sang istri melihat, ".............."
Ha! Ha! Ha!
Petunjuk Mahaguru: lelucon ini kelihatan sangat biasa, tidak ada rahasia apa-apa, namun, menurut saya, tetap ada rasa Dharma.
Menurut penglihatan orang awam:
1. Orang awam gampang bosan.
2. Hati orang awam bisa berubah.
3. Orang awam bisa membandingkan.
4. Orang awam melekat.
5. Orang awam suka kecantikan.
......
Jika orang yang mencapai pencerahan, melihat pemandangan ini, tersenyum hambar, biasa saja!
1. Hidup ibarat ilusi.
2. Hidup ibarat sandiwara.
3. Hidup ibarat sunya.
4. Hidup ibarat cahaya kilat dan percikan api.
5. Tiada suka maupun duka.
6. Semua bisa berlalu.
7. Ketidakkekalan.
8. Tidak dapat apa-apa.
9. Matahari terbit di timur, terbenam di barat.
10. Apa itu cinta? Apa itu benci?
11. Parinirvana.
Rasa
Dharma ini harus dipahami dengan seksama oleh siswa suci, renungkan
dengan seksama, jika Anda tidak ada, di mana cinta itu berada?
Guru Zen Yuanguan di Gunung Liang, Dingzhou.
Bhiksu bertanya, "Bagaimanakah tradisi keluarga yang mulia itu?"
Guru
Zen Yuanguan menjawab, "Ikan sulit berenang di air yang deras, burung
sulit mengembara di antara pinus tinggi." (Satu kata sulit)
Bhiksu bertanya, "Apa yang harus dilakukan jika ada musuh dalam selimut?"
Guru Zen Yuanguan menjawab, "Setelah kenal maka tidak menganggapnya musuh lagi."
Bhiksu bertanya, "Bagaimana setelah mengenalnya?"
Guru Zen Yuanguan menjawab, "Dibuang ke negeri tiada kelahiran." (Sunya)
Bhiksu bertanya, "Jangan-jangan itu tempatnya untuk berteduh, betul?"
Guru Zen Yuanguan menjawab, "Naga tidak bersembunyi di air mandek."
Petunjuk
Mahaguru: kalimat "naga tidak bersembunyi di air mandek" adalah petuah
penting, berikut hasil analisa saya, "air mandek" adalah dunia, naga
melambangkan "Buddhata".
Mari kita perhatikan: "angsa bertautan" dibuang ke negeri tiada kelahiran! Sama sekali tidak ada yang terjadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar