Memegang Kotoran dan Air Seni

Ketika ibu saya masih hidup, Beliau sering berkata pada kami, "Kalian tumbuh dewasa berkat saya memegang kotoran dan air seni."

Beliau melanjutkan, "Kita baru akan memahami orang tua kita saat kita menimang anak kita." (Maksudnya adalah saat kita mempunyai bayi dan menimangnya, kita baru akan mengerti penderitaan sebagai orang tua)

Saat saya mendengarkan ucapan ibu saya, saya tidak mempunyai perasaan apa-apa. Pada saat-saat saya menginjak dewasa, kadang-kadang saya berpikiran untuk membuat ibu saya kesal. Saya bandel dan nakal.

Kemudian saya menikah dengan Acarya Lian Xiang, sehingga lahirlah Foqing dan Foqi. Saya bekerja mengukur tanah di lapangan untuk jangka panjang, sehingga urusan mengasuh anak sepenuhnya dibebankan pada diri Acarya Lian Xiang. Saat itu, saya sibuk bekerja mengukur tanah di lapangan, di samping itu, saya direpotkan lagi dengan urusan meninjau fengshui dan konsultasi. Sehingga seluruh urusan rumah tangga menjadi tanggungjawab Acarya Lian Xiang.

Foqing sangat dekat dengan Acarya Lian Xiang. (Bahkan mandi pun Acarya Lian Xiang harus duduk di kamar mandi). Sementara saluran pencernaan Foqi kurang baik untuk jangka waktu yang lama. Sambil menggandeng si sulung dan si bungsu, Acarya Lian Xiang mencari dokter spesialis anak ke seluruh kota. Akhirnya, di bawah perawatan Doktor Zhou Yishou, penyakit alergi saluran pencernaan Foqi baru sembuh.

Foqi nyaris meninggal dunia, namun diselamatkan oleh dr. Hu lewat suntikan obat penguat jantung.

Acarya Lian Xiang memegang kotoran dan air seni Foqing dan Foqi, kesan saya masih tidak dalam. Sebab saya berada di luar rumah.

Saya hanya tahu bahwa sejak Acarya Lian Xiang memiliki Foqing dan Foqi, tubuhnya kurus seketika, bahkan nyaris menjadi sepuluh tahun lebih tua. Dapat dibayangkan betapa besarnya penderitaan yang dialaminya.





Pada suatu ketika, saya melihat sepasang orang tua muda berpergian jauh selama beberapa hari. Sementara bayi mereka yang berumur satu setengah tahun dititipkan pada neneknya.

Neneknya ini benar-benar memegang kotoran dan air seni. Setiap jam harus ganti popok, sebab bayinya sehari buang air besar tiga hingga empat kali dan berkali-kali buang air kecil.

Jelas-jelas baru buang air kecil, ia buang air kecil lagi.

Jelas-jelas baru buang air besar, ia buang air besar lagi.

Ia mati-matian mencuci dan mengganti popok, serta membersihkan pantat si bayi. Di samping itu, ia harus menyuapi si bayi dengan nasi, susu, jus buah, dan air putih. Masih lumayan kalau si bayi mau makan. Kalau tidak mau makan, si bayi harus dibujuk. Bahkan harus menemaninya bermain. Si bayi sebentar menangis, sebentar tertawa, sebentar berteriak. Bila si bayi buang air kecil di karpet, karpet harus dibersihkan dengan pengisap karpet. Bila si bayi buang air besar di karpet, si bayi harus digendong, kemudian karpet dibersihkan dengan pengisap karpet; setiap saat harus memperhatikan warna kotoran si bayi, apakah kering atau basah atau encer atau cair. (mengatur makanan)

Nenek ini terganggu tidurnya, sebab ia harus menjaga si bayi yang merindukan orang tuanya, menangis karena gelap, tidak terbiasa, dan lain sebagainya.

Semua bujuk dan rayu sudah habis digunakan, si bayi tetap tidak mau tidur, sampai pukul 5 dini hari, baru tertidur. Semalaman si nenek tidak tidur, sementara pukul 5 pagi ia harus bangun dan bekerja.

Kondisi demikian berlangsung selama berhari-hari. Sekembalinya pasangan suami istri muda ini, hari-hari memegang kotoran dan air seni baru dianggap berakhir. Sehingga selama beberapa hari terakhir, berat badan si nenek menurun drastis dan nyaris rubuh.

Apa yang saya tuliskan adalah fakta yang saya lihat sendiri. Saat itu, saya terkejut sekali. Ternyata beginilah seorang anak beranjak dewasa. Masih lumayan bila si anak mudah dididik. Ada sebagian anak yang sulit dididik yang benar-benar menyengsarakan seluruh orang tua di muka bumi ini, terutama seorang ibu; saat itu, saya baru menyadari kemuliaan kasih ibu. Seorang ibu benar-benar mulia.

Ibu saya membesarkan enam anak. Acarya Lian Xiang membesarkan dua anak. Mereka sungguh mulia, termasuk semua ibu di seluruh dunia juga sangat mulia. Memang tidak mudah memegang kotoran dan air seni. Tak heran Sang Buddha bersabda tentang "Sutra Budi Orang Tua dan Kesulitan untuk Membalasnya"!

Tidak ada komentar: