Sepanjang hidup Buddha Sakyamuni, titik beratnya ada di bawah Pohon
Bodhi Bodhgaya, menghadap timur, duduk bersila, berikrar tidak akan
berdiri jika tidak mencapai ke-bodhi-an.
Kemudian, akhirnya pada
saat fajar, Sang Buddha mencerahi bahwa diri-Nya telah menghentikan
semua kerisauan dan kekotoran, memahami hati dan menyaksikan Buddhata,
tidak perlu bertumimbal lahir di enam alam kehidupan, akhirnya mencapai
Anuttara-samyak-sambodhi.
Pemutaran Dharmacakra Sang Buddha yang pertama adalah: diwakilkan oleh Smṛtyupasthāna Sūtra.
Dukha harus diketahui.
Samudaya harus dihentikan.
Nirodha harus dibuktikan.
Marga harus ditekuni.
Pemutaran Dharmacakra Sang Buddha yang kedua: diwakilkan oleh Mahāprajñāpāramitā Sūtra.
Mencapai pencerahan dan memahami hati,
Prajna dan kebijaksanaan.
Sadparamita.
Pemutaran Dharmacakra Sang Buddha yang ketiga: diwakilkan oleh Saṃdhinirmocana-sūtra.
Vijnana.
Madhyamika.
Yoga.
Vajrayana.
Arya-sthāvira
Theravada berasumsi bahwa Sang Buddha pada kehidupan lampau yang tidak
terhingga adalah Bodhisattva-carya, menghimpun dua jenis bekal, Ia turun
ke dunia fana Saha, saat mencapai pencerahan di Bodhgaya, barulah
benar-benar mencapai kebuddhaan.
Sedangkan, Agama Buddha
Mahayana, berasumsi seperti ini, Sang Buddha pada kehidupan lampau dari
awal telah mencapai kebuddhaan, Ia turun ke dunia manusia, murni
merupakan "permainan", alasan kemunculan-Nya adalah mengajarkan dan
membimbing insan bahwa orang awam juga bisa mencapai pencerahan
sempurna.
Saya pribadi berasumsi bahwa:
Permainan adalah rumus
besar melatih diri, seorang sadhaka jika memandang para insan dengan
niat "permainan", kemudian balik mengamati diri sendiri, maka tidak akan
melekat pada semua manusia dan hal ikhwal.
Sedangkan, tidak melekat adalah, "Lupa lupa lupa lupa lupa...."
Ini mencakup "hati" dan "lingkungan". Hanya saja tidak melekat pada "hati" maupun "lingkungan".
Dengan sendirinya,
Lupa segalanya, hati tiada beban.
Pernah ada sebuah gambaran:
Seorang
bocah kecil masuk ke dalam ruang pameran lukisan, bocah kecil keliling
satu putaran, memandang banyak lukisan terkenal dunia, sehabis
memandang, semua dilupakan.
Ini disebut "bocah memandang lukisan".
Walaupun habis memandang semua lukisan terkenal, namun, tidak ada sebuah lukisan pun membekas di hati.
Ini adalah "permainan" juga "melupakan".
Jika
seorang sadhaka juga dapat memandang diri sendiri dan lingkungan
sekitar dengan suasana hati "permainan", segala sesuatu "dilupakan",
tidak membekas di hati, maka tidak akan mempengaruhi hati sendiri, juga
tidak akan ada gelombang suasana hati, khayalan juga tidak akan timbul.
Buddha memperlihatkan permainan pada Saha, bagaimana Buddha Singa Permainan, sehabis bermain, lalu dilupakan.
Permainan adalah rumus.
Melupakan juga adalah rumus.
Ada sebuah lelucon:
Apa perbedaan antara Hari Kasih Sayang dan Festival Qingming?
Jawaban adalah:
Hari Kasih Sayang dan Festival Qingming sama-sama memberikan bunga.
Hari
Kasih Sayang adalah membeli bunga dengan uang asli, diberikan pada
kekasih, menyampaikan setumpuk kata-kata setan untuk diperdengarkan pada
kekasih.
Festival Qingming adalah membakar uang-uangan kertas,
diberikan pada setan, menyampaikan setumpuk kata-kata manusia untuk
diperdengarkan pada setan.
Hahaha!
Kelihatannya semua adalah "permainan", jangan taruh di dalam "hati", "lupakan" saja.
"Tidak melupakan" adalah orang awam!
"Melupakan" adalah orang suci!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar