Sesepuh Generasi Kedua Zhenfo Zong

Mahaguru Lu adalah perintis Zhenfo Zong, tahun 2011 berumur 67 tahun, demi melanjutkan nadi Dharma Zhenfo Zong, saya mewariskan kunci pencerahan dari nadi Dharma Zhenfo Zong kepada Acarya Lianning.

Oleh sebab itu, sesepuh generasi kedua Zhenfo Zong adalah Acarya Lianning. Berikut alasan mewariskan padanya:
1. Menjadi bhiksu dalam usia muda.
2. Bertahun-tahun mengabdi pada Guru.
3. Tidak serakah.
4. Berhasil mencapai siddhi dalam melatih diri.
5. Berusia 45 tahun.
6. Tidak ada penyertaan hati.
7. Tidak ada masalah.

Inilah alasan saya memilih Acarya Lianning sebagai guru sesepuh generasi kedua, semoga ia membesarkan nadi Dharma Zhenfo Zong.

Ada siswa mulia bertanya, "Mengapa Mahaguru Lu menyerahkan nadi Dharma silsilah kepada Acarya Lianning?"

Saya menjawab, "Siapa Acarya Lianning?" (Kebenaran pertama)

"Hah, siapa itu siapa?" Siswa mulia bertanya.

Saya jawab, "Saya tidak kenal." (Kebenaran pertama)

Siswa mulia bertanya, "Mahaguru Lu tidak kenal Acarya Lianning, mengapa pula menyerahkan guru silsilah generasi kedua kepadanya?"

Saya jawab, "Karena ia sendiri tidak mengenal dirinya sendiri." (Kebenaran pertama)

(Saya menjelaskan: pada umumnya orang yang mencapai pencerahan, hanya mengenal Buddhata, segala wujud luar, karena ia hanya "keberadaan ilusi" semata, tentu saja tidak kenal. Lagipula, Mahaguru adalah sesepuh generasi pertama, benarkah Anda mengenal Mahaguru Lu? Insan mengenal wujud luar, sesungguhnya, siapakah yang mampu mengenal?)

*

Guru Zen Xiaorong, keturunan marga Wenzhoudeng dari Vihara Longce, Hangzhou.

Bhiksu bertanya pada Guru Zen Xiaorong, "Mewariskan dari sesepuh ke sesepuh, kepada siapa bhiksu mewariskan?"

Guru Zen Xiaorong menjawab, "Anda masih kenal sesepuh atau tidak?" (Kebenaran pertama)

Bhiksu Huiwen bertanya, "Bagaimana sramanera sejati?"

Guru Zen Xiaorong menjawab, "Andalah Huiwen." (Ada rasa Dharma)

Bhiksu bertanya, "Bagaimana mutiara ajaib prajna?"

Guru Zen Xiaorong menjawab:

Mutiara ajaib prajna,
Wujud terbagi menjadi miliaran kerangka.
Di setiap dunia tampak jelas tubuh mulia.
Di setiap dhatu penuh dengan Vairocana.

(Saya menjelaskan: Buddhata menjelma menjadi maharibu dunia, Buddhata menjelma menjadi segala insan berperasaan. Di setiap dunia tampak jelas tubuh mulia, yaitu maharibu dunia dan insan berperasaan. Di setiap dhatu penuh dengan Vairocana, yaitu semua adalah Buddhata)

Bhiksu bertanya, "Bagaimana mempraktekkannya?"

Guru Zen Xiaorong menjawab:

Satu pikiran mencakup dunia Saha,
Mempraktekkan setiap hari maka tembus segalanya.
Alami dan senantiasa memasuki nirvana,
Selalu memperlihatkan gaya diri sendiri.

(Saya menjelaskan: yang namanya Buddha Dharmakaya yang suci, Buddha Sambhogakaya yang sempurna, Buddha Nirmakanaya yang berjumlah miliaran, semua muncul pada Buddhata sendiri. Walaupun itu kebebasan nirvana yang "abadi" dan "tanpa pertimbangan", juga mampu "mempraktekkan setiap hari", juga mampu "selalu memperlihatkan". Ini paling menakjubkan)

Saya tidak kenal wujud luar Acarya Lianning.

Namun, saya kenal nirvana Acarya Lianning!

Tidak ada komentar: