Seseorang bertanya, "Apakah sadhaka yang mempunyai berkah biasanya lebih gemuk? Lalu, seperti Acarya Lianming, ia lebih langsing, apakah kurang mempunyai berkah?"
Saya menjawab:
Saya jelaskan lewat sebuah contoh:
Dulu, ketika Sang Buddha menetap di dunia. Beliau memiliki 2 murid utama, satu adalah Mahakasyapa, satu lagi adalah Ananda, kedua Maha-arahat ini ditugasi di kedua sisi Sang Buddha di aula utama vihara. (Setara dengan status pelayan Sang Buddha)
Mahakasyapa disebut sebagai dhuta nomor satu (menjalani petapaan keras). Ananda disebut sebagai sruta nomor satu (banyak mendengar).
Mahakasyapa tiap kali keluar berpindapatta, banyak mencari orang miskin, karena persembahan orang miskin sedikit, makanan pun tidak begitu banyak, ala kadarnya dan kurang bergizi. Sehingga, Mahakasyapa pun sangat kurus!
Sedangkan, Ananda tiap kali keluar berpindapatta, banyak mencari orang kaya, persembahan orang kaya lebih banyak, makanan lebih lezat, berkelimpahan persembahan yang harum semerbak. Sehingga Ananda pun gemuk!
Mahakasyapa suka petapaan keras, tinggal di kuburan, di bawah pohon, goa, tenang dan menjalani petapaan keras.
Ananda dan Sang Buddha menerima persembahan, tinggal di Vihara Venuvana, Jetavana yang merupakan rumah mewah pada zamannya.
Mahakasyapa mengemis makanan pada orang miskin, menurutnya: orang miskin sudah sangat miskin, mengemis makanan pada mereka, kemudian memberikan berkah, berarti meningkatkan berkah mereka!
Sedangkan, Ananda beranggapan, mengemis makanan pada orang kaya, orang kaya banyak makanan enak, tidak akan menambah beban orang kaya.
Masing-masing beralasan.
Kelihatannya, Ananda sepertinya lebih memiliki berkah, Mahakasyapa kurang memiliki berkah.
Sesungguhnya tidak--
Pelatihan diri Mahakasyapa sudah jelas bagi umum, keberhasilannya terbaik dan tertinggi.
Lebih dulu memahami hati dan menyaksikan Buddhata.
Lebih dulu berhasil.
Lebih dulu mencapai phala.
Sedangkan, Ananda yang menikmati berkah, setelah Buddha Sakyamuni parinirvana pun, ia belum memahami hati dan menyaksikan Buddhata!
Dari sini bisa diketahui:
Berkah di dunia ini, mungkin bisa menjadi rintangan dalam melatih diri!
Coba tanya:
Berkah dan pahala siapa yang lebih besar, Mahakasyapa atau Ananda?
Patriak VI Huineng, memisahkan "berkah" dan "pahala":
Berkah -- tidak ada gunanya!
Pahala -- bekal surgawi!
Sadhaka zaman sekarang, mementingkan berkah juga mementingkan pahala, jika keduanya tidak bisa didapatkan sekaligus, pahala malah lebih penting. Berkah duniawi mana bisa dibandingkan dengan berkah surgawi.
*
Menurut saya, si penanya ini tidak jelas jalan pikirannya, apa hubungan antara kegemukan dan berkah?
Manusia zaman sekarang menganggap gemuk itu sangat tabu.
Gemuk itu ada 3:
1. Busung air.
2. Keracunan.
3. Fisik
Gemuk itu sama sekali tidak identik dengan berkah.
Sedangkan, kurus juga bukan berarti tidak mempunyai berkah, kita lihat saja Bpk. Yong-qing Wang, seumur hidupnya kurus, seperti kera, namun, berkah duniawinya besar.
Banyak orang kurus memiliki berkah yang besar.
Menganggap gemuk itu identik dengan berkah berlimpah, tidak masuk akal.
Memangnya wanita yang memiliki berkah berlimpah itu gemuk montok?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar