Filsafat "Sudahlah"

Setelah saya memandang mega dari gunung, pandangan hidup saya berubah total. Terutama pandangan tentang semua insan adalah aksara HUM atau Buddha. Setelah saya merenung dengan lebih seksama, lahirlah filsafat "sudahlah".

Bertahun-tahun yang lalu seorang bapak pernah meminjam uang saya dalam jumlah besar. Semenjak itu, ia tidak pernah lagi mengungkit soal pinjamannya, seakan-akan hal ini sama sekali tidak pernah terjadi. Ia tidak pernah mengungkit, demikian juga saya. Setelah beberapa tahun kemudian, dalam suatu kondisi hening, saya kebetulan ingat dengan utangnya dan berpikir, "Ia tidak mempunyai uang. Sudahlah!" "Ia mempunyai uang, namun ia sudah lupa. Sudahlah!" Saya berempati padanya. Sudahlah!

Masalah uang, saya tidak pernah sekali pun berutang atau meminjam uang dari orang lain seumur hidup saya. Sebaliknya, justru orang lain yang meminjam uang saya. Jumlah uang yang saya pinjamkan pada orang lain sudah sebanyak bulu sapi. Ada sebagian saya sudah lupa, bila tidak dikembalikan, ya sudahlah!

(Saya suka berdana, bila saya meminjamkan uang pada orang lain, saya sudah anggap berdana!)

Saya paling sering dicaci-maki oleh orang lain seumur hidup saya. Belum lagi nama baik saya dicemari oleh orang lain yang sebagian dari mereka tidak segan-segan sedikit pun dalam bertindak. Namun, bila direnungkan bahwa saya dicaci-maki justru karena orang lain memandang saya, orang lain tidak mungkin memahami diri saya, dan orang lain tidak berdaya sebab mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Ketika saya masih muda, saya selalu membela diri. Namun, sekarang tidak lagi. Setelah saya memandang mega dari gunung, saya berseru, "Sudahlah! Sudahlah!". Relasi saya terlalu buruk, saya pantas dibenci dan dicaci-maki oleh orang lain sebab apa yang saya lakukan masih kurang berkenan. Saya hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Saya tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Saya membisu ketika dicaci-maki habis-habisan oleh orang lain!

Saya pernah diperas oleh preman. Kalau bicara soal keadilan, perbuatan preman tentu tidak rasional.

Saya berkata, "Mengapa kita tidak bicara baik-baik saja!"

Preman berkata, "Bukan seorang preman kalau bicara baik-baik."

Saya berkata, "Mengapa kalian tidak mempunyai rasa solidaritas?"

Preman berkata, "Preman memang tidak mempunyai rasa solidaritas."

Saya hanya bisa memelas memohon kemurahan hati mereka dan saya memenuhi permintaan mereka sesuai kemampuan saya.

Menurut pendapat saya, seorang preman juga mempunyai duka tersendiri, tidak seorang pun terlahir sebagai seorang preman. Menjadi preman juga tidak mudah, sebab hidup mereka tidak menentu dan tidak mudah bagi seseorang untuk hidup tidak menentu. Seorang preman juga punya alasan untuk tetap hidup.
Sudahlah! Sudahlah! Sudahlah!

Ketika wartawan menulis berita menyesatkan tentang diri saya, saya bahkan tidak tahu harus bicara apa lagi. Mereka gembar-gembor demi mengambil hati masyarakat, membalikkan fakta, menfitnah, mengarang-ngarang, mengacaukan situasi, dan membuat pernyataan palsu.

Saya terbahak-bahak. Ini memang keahlian seorang wartawan. Seorang wartawan tidak akan berhenti sebelum berita yang ditulisnya mengejutkan orang dan menjadi biang keributan. Coba kita bayangkan, betapa sulitnya untuk benar-benar memahami seseorang, karenanya bagaimana mungkin seseorang menuliskan fakta. Bila di dunia ini ada keadilan, tidak mungkin ada hukum rimba di mana siapa yang kuat dialah yang menang.

Saya membisu, saya menanggungnya diam-diam; saya belum tentu harus menanggungnya. Saya biarkan saja. Sudahlah! Sudahlah! Dengan demikian saya merasa lebih bahagia.

Semakin lanjut usia saya, saya menjadi semakin bodoh. Saya selalu merasa bahwa manusia akan menua dan meninggal dunia. Segala sesuatu akan musnah. Apa yang dipersaingkan dan diperdebatkan? Terasa membosankan dan tidak perlu. Karenanya saya tidak membalas dan membela diri lagi. Sudahlah! Sudahlah!

Kalau orang-orang mengatakan bahwa saya bodoh, tak bernyali, lemah, pecundang, dan lain sebagainya. Saya tetap berpegang pada satu kata, "Sudahlah! Sudahlah!"

Tidak ada komentar: