Di dalam artikel Kitab Xuanyuan Benji, menyebutkan bahwa Kaisar Huang
sambil meredakan kekacauaan dan memerintah negara, Beliau juga melatih
diri, belakangan pahala sempurna, lalu di Dinghu, Beliau terbang naik ke
surga.
Ada lagi versi mengatakan:
Kaisar Huang menjelajahi timur, bertemu Tuan Zifu, Tuan Zifu memberikan
Sanhuang Neiwen kepada Kaisar Huang untuk bisa mengundang selaksa dewa.
Sanhuang Neiwen tak lain tak bukan adalah Fu dewa.
“Daojiao Benshibu” menyebutkan:
Fuxi menerima gambar.
Xuanyuan menerima Fu.
Gaoxin menerima kitab langit.
Xiayu menerima Luoshu.
(Xuanyuan menerima Fu, ada mitos mengaakan, Kaisar Huang berperang
melawan Chiyou, Ratu Barat Mahadewi Yaochi menyerahkan Fu kepada Kaisar
Huang.)
Mahadewi Yaochi mengutus Xuannv, menyerahkan Fu Pengundang Dewa
kepada Kaisar Huang, Kaisar Huang membangun altar, mengundang, ada ikan
misterius terpancing oleh Fu, keluar dari air, inilah awal Kaisar Huang
mendapatkan Fu.
Selain itu:
Dayu pada zaman kuno, terkenal karena mengatasi banjir, ia memperoleh
Luoshu atau simbol, Dayu adalah setengah manusia setengah dewa. Saat
itu, Kaisar Langit mewariskan Luoshu kepada Dayu, Dayu menggunakannya
untuk sembahyang di altar, dapat mengundang dewa dan menjapa mantra,
karena telah mengatasi banjir.
Luoshu adalah simbol Zhuanwen yang aneh.
Jika pembaca membaca buku saya, pasti tahu:
Kaisar Donghua.
Mahadewi Yaochi.
Padmakumara.
Ketiganya sama sekali tidak dapat dipisah.
Sedangkan, Padmakumara adalah Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu.
Lebih lanjut:
Putri Mahadewi Yaochi – Yunhua Furen adalah istri Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu.
Sehingga:
Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu dibukakan mata batin oleh Mahadewi Yaochi, ini sama sekali tidak aneh.
Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu memiliki Fu Pengundang Dewa (Fu Mengundang Dewa) adalah hal yang lumrah:
Fu Mengundang Dewa: (seperti gambar)
Mantra: “Tiān yuán dìfāng, lǜlìng jiǔ zhāng, cǐ fú yī fén, zhū shén dào tán. Jí ji rú lián shēng lǜlìng.”
Lebih lanjut:
Mantra: “Léitíng hàolìng, jírúxīnghuǒ, qīng kè yáo wén, lián shēng
chìlìng, fén fú zhào qǐng, líng guān chuán zòu, zhí nián zhí yuè zhí rì,
tiān guān gōng cáotōnglíng tǔdì, wénzhào jí zhì, huǒsù dào tán, tīng wú
fǎzhǐ, yǒushì chāiqiǎn, jí ji rú lǜlìng.”
Fu ini memiliki satu titik berat:
Kaki harus menginjak formasi Yu.
Lebih dulu bakar Fu.
Kemudian japa mantra.
Lalu kaki menginjak formasi Yu.
Terakhir para dewa turun satu demi satu, pemimpin ritual menyampaikan
masalah yang ingin ditangani kepada para dewa, memohon para dewa
menyelesaikannya.
Yang harus diperhatikan:
Fu ini bukan fu biasa, tidak boleh diremehkan, tidak boleh bercanda, tidak boleh dianggap permainan.
Fu sakti penyembuh penyakit pada umumnya saja tidak boleh sembarangan, Fu mengundang dewa, mesti disakralkan.
Masalah besar baru mengundang.
Sembarangan mengundang dewa, akan ada kutukan langit!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar