Hari itu, sekawanan orang menyerbu ke dalam gubuk, salah seorang pria separuh baya berjas berkata pada saya, "Mahaguru Lu, tahukah Anda benda apa yang ditaruh di dalam saku jas saya?"
Saya menekan sebentar sinar roh, meramal sebentar dengan pergerakan jari.
Saya belum buka mulut, sorot mata sekawanan orang tersebut menatap saya, saya menjadi pusat perhatian.
Saya juga tidak langsung menjawab, mengeluarkan kertas dan pena, perlahan-lahan menggambar segitiga sama sisi di atas kertas. Saya gambar dengan halus sekali.
Segitiga ini 3 dimensi, di bawah lancip, di atas lebar, di bagian atas digambar lagi sebuah lingkaran kecil, di keempat sisi lingkaran kecil, dibelah lagi segitiga sama sisi yang kecil, kemudian saya gambarkan lagi sinar-sinar berkilauan.
Di pinggirnya saya tuliskan "10 karat".
Sekawanan orang ini melihat, berseru, "Luar biasa!"
"Ini adalah berlian yang berkilauan!"
"Memang sebesar 10 karat!"
Pria berjas itu mengeluarkan sebuah kantung hitam dari dalam saku jas, kantung dibuka, memang berlian berkilauan, 10 karat.
Orang-orang bersorak, mata pun menatap lurus.
Pria berjas itu berkata, "Ramalan Mahaguru Lu memang tepat. Kami ingin mengandalkan kekuatan gaib Anda untuk membantu kami."
"Ada masalah apa?" tanya saya.
Pria berjas melanjutkan, "Kami akan membiarkan Anda masuk saham, Anda tidak perlu mengeluarkan dana, asalkan bisa mengambil harta karun, pasti ada bagian untuk Anda."
"Apa maksud Anda?" saya tidak jelas apa pekerjaan mereka.
Sekawanan orang ini, belakangan baru menjelaskan pada saya:
Mereka adalah kelompok penggali harta karun.
Ketika Perang Dunia II, Orang Jepang mengubur emas dalam jumlah besar yang tidak sempat dipulangkan di Pulau Luzon, Filipina.
Tentara Jepang yang ikut mengubur emas, menggambar peta harta karun.
Orang-orang ini bergabung, memohon eksplorasi harta karun, telah berkali-kali mencari harta karun.
Pria berjas bertanya, "Bolehkah Mahaguru bantu mencari harta karun?"
Lanjut, "Sepuluh persen untuk Anda, atau 20 persen juga boleh, bahkan boleh berikan Anda 30 persen. Hanya mohon Anda, gali menghadap arah mana? Berapa kedalaman di bawah tanah? Kami mau sekali saja sudah tergali."
Mereka mengeluarkan peta harta karun, memohon saya menunjukkan lokasi, lingkup, dan kedalaman yang sebenarnya.
Begitu saya tekan sinar roh, sinar roh malah tidak bereaksi.
Saya berkata, "Saya tidak berhasil meramal!"
"Kurang ajar? Tadi Anda baru meramal berlian 10 karat, sekali ramal langsung tepat. Mengapa kali ini Anda tidak berhasil meramal?"
"Saya tidak tahu."
Pria berjas berkata, "Begini saja! Saya minta pesawat khusus untuk bawa Anda ke lokasi, mohon Anda memberikan petunjuk di lokasi saja, bagaimana?"
Saya berkata, "Saya tidak boleh pergi. Jika emas tersebut memang ada, ramal di sini, ramal di sana, sama saja."
Sekawanan orang ini sangat kecewa, berkata, "Mahaguru Lu juga tidak lebih dari ini!"
Akhirnya, pergi dengan marah.
Belakangan, saya bertanya pada dewa Dharmapala saya, dewa Dharmapala saya menjawab saya, "Sekawanan orang ini, sebenarnya tidak memiliki berkah untuk mendapatkan emas ini. Karena tidak memiliki berkah, sehingga tidak berhasil diramal!"
Sajak:
Musim panas dan musim dingin diam-diam mendesak arus waktu.
Jangan memaksakan kehendak di dalam tumpukan sungai keuntungan.
Tulang putih akhirnya mesti dikubur dalam kuburan gelap.
Sulit membeli kejahatan dengan emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar