Arsip Patriak VI

Jubah dan Patra Sekte Zen diwariskan hingga 6 Patriak, antara lain: Patriak I Bodhidharma, Patriak II Huike, Patriak III Sengcan, Patriak IV Daoxin, Patriak V Hongren, Patriak VI Huineng. Inilah 6 Patriak di Tiongkok.

Patriak VI Master Huineng, bermarga Lu, orang Xinxing - Guangdong, pamit pada ibunya pergi ke Gunung Timur, Huangmei untuk belajar Dharma, setelah memperoleh Dharma, menyepi di kawanan pemburu selama bertahun-tahun, kembali ke Vihara Faxing, Nanhai, dan membuka Aliran Gunung Timur.

Menerangkan Sutra Altar Patriak VI.

Setelah mangkat dalam posisi duduk, sarira fisik, stupa berada di Vihara Nanhua, Caoxi.

Lebih lanjut:

Patriak VI menjadi anak yatim pada usia 3 tahun, keluarga miskin, menafkahi sang ibunda dengan menebang kayu, mendengar orang membaca Sutra Vajra, ia tersadar.

Pergi ke Gunung Timur, Huangmei untuk belajar Dharma.

Patriak VI Master Hongren bertanya, "Anda berasal dari mana?"

Huineng menjawab, "Lingnan."

Patriak V berkata, "Orang Lingnan tidak punya sifat Buddha."

Patriak VI menjawab, "Manusia ada utara dan selatan, sifat Buddha tidak ada utara dan selatan."

(Inilah "bakat tajam" Patriak VI yang mengungkapkan sifat persamaan derajat)

Gatha Patriak VI, "Pada hakikatnya Bodhi bukan pohon. Cermin berkilau pun tidak berbingkai. Sebenarnya tidak ada satu benda pun. Di mana debu melekat?"

(Walau belum cerah, namun langsung menunjukkan sunyata)

Lewat petunjuk Patriak V, ia baru tercerahkan.

Guru Vinaya Zhiguang memberikan upasampada.

Umur 76 tahun, mangkat dalam posisi duduk.

*

Awal saya belajar Agama Buddha, tinggal di dalam gang Jalan Jingwu, Taichung, ada seorang bhiksu tanpa nama lewat, berteriak, "Sadhaka Lu, jadilah bhiksu!"

Saya keluar, tidak ada seorang pun di sepanjang gang.

Pertama kali saya bertemu Bhiksu Huilong, begitu bertemu dengan saya, Bhiksu panggil, "Sadhaka Lu, Anda sudah datang!"

Saya dan Patriak VI sama-sama bermarga Lu.

Lebih lanjut:

Semasa kecil, keluarga saya miskin.

Keluarga Patriak VI miskin.

Lebih lanjut:

Guru upasampada Patriak VI, lebih dulu bersarana pada Patriak VI, kemudian mengupasampada Patriak VI.

Guru upasampada saya, lebih dulu bersarana pada saya, kemudian mengupasampada saya.

Lebih lanjut:

Saya belajar Agama Buddha, justru mulai dari membaca Sutra Altar Patriak VI, setelah mempelajari selama bertahun-tahun, akhirnya memahami hati dan menyaksikan Buddhata, setelah memahami hati dan menyaksikan Buddhata, seketika terbuka kebijaksanaan Buddha, menerangkan Sutra Altar Patriak VI, satu per satu dengan jelas dan detil.

Karena banyak faktor, ada orang yakin bahwa saya adalah Patriak VI Sadhaka Lu, berinkarnasi menjadi Sadhaka Lu yang sekarang, benar! salah! Ombang-ambing.

*

Seseorang bertanya, "Semua orang mengatakan Anda adalah inkarnasi Patriak VI Huineng, apa kesan Anda?"

Saya jawab, "Di mana saya sekarang?" (Layak dicerahi)

Seseorang bertanya, "Sebenarnya Anda ini Patriak VI Huineng atau bukan?"

Saya jawab, "Sepi tanpa tempat berlindung, siapa pula Sadhaka Lu. Bagaimana kalau benar, bagaimana pula kalau bukan?"

Saya tulis sebuah gatha:

Meditasi di Miyuan dengan satu tungku dupa.
Menyadari berlaksa perenungan adalah hampa.
Khayalan khayalan bukan khayalan.
Benar dan bukan tak perlu dirundingkan.

Coba tanya siswa mulia, mengertikah gatha ini?

Tidak ada komentar: