Surat Cinta dari Penggemar Wanita

Sebuah lelucon:

Seorang aktor yang tampan dan gagah berkata pada temannya, “Saya telah kehilangan pekerjaan!”

Teman bertanya, “Rekor box office Anda begitu baik, masa depan sangat cerah, bagaikan matahari terbit di ufuk timur, mengapa bisa kehilangan pekerjaan?”

Aktor menjawab, “Saya hanya menerima sepucuk surat cinta dari seorang penggemar wanita, presiden direktur perusahaan langsung memberhentikan saya.”

Teman bertanya, “Ada surat dari penggemar adalah kehormatan terbesar bagi seorang aktor! Mengapa presiden direktur bisa memberhentikan Anda?”

Aktor menjawab, “Hanya karena penggemar itu adalah nyonya presiden direktur.”

Teman, “.......”

Ha! Ha! Ha!

Mahaguru Lu terhadap lelucon ini, tadinya ingin tertawa saja, tidak digunakan di dalam buku ini.

Belakangan begitu berpikir, di dalamnya juga mengandung rahasia Zen!

Semua orang bertanya, “Di mana rahasia Zen?”

Saya menjawab: seorang aktor yang tampan dan gagah, teknik berperan juga baik, penggemar juga banyak, ibarat ikan mas di sungai.

Presiden direktur harusnya senang.

Masalahnya, istri presiden direktur juga menulis sepucuk surat cinta, ini menjadi masalah besar.

The Ladykillers!

Rahasia Zen adalah: diskriminasi!

Masalah tidak menyangkut diri sendiri, segalanya tenang dan tenteram.

Begitu masalah menyangkut diri sendiri, hati pun galau.

Dalam Dharma Zen: tidak ada diskriminasi.

Tidak menyangkut diri sendiri, hati tidak galau.

Menyangkut diri sendiri, hati tetap tidak galau.

Saya beri lagi sebuah contoh: ada dua orang, saling menfitnah satu sama lain, masalah tidak menyangkut diri sendiri, Anda berdiri pada posisi menonton pertunjukan, semoga mereka saling membunuh satu sama lain.

Kemudian.

Menfitnah sampai akhirnya, tak disangka menfitnah diri kita, kali ini, api kemarahan membakar, diri sendiri juga mencak-mencak, tentu harus keluar mencari keadilan.

Mahaguru Lu berkata, “Agama Buddha adalah agama tanpa konflik.” Sabda Sang Buddha.

Mahaguru Lu berkata, “Tiada aku, tiada insan, tiada manusia, tiada kehidupan, paham?”

Dingzhou, Liangshan, Guru Zen Yuanguan ada sebuah gatha:

Setembang lagu Liangshan.
Orang kalangan luar sulit berdamai.
Sepuluh tahun mengunjungi sahabat.
Belum menemukan satu orang pun.

Bhiksu bertanya, “Direlokasi ke mana bhiksu yang mangkat?”

Guru Zen Yuanguan menjawab, “Kapan bhiksu yang mangkat direlokasi?”

(Mahaguru Lu berasumsi, jawaban “kapan bhiksu yang mangkat direlokasi?” adalah sebuah pernyataan kunci, bukan pernyataan kecil, jika siswa mulia mencerahi pernyataan ini, saat hati dan pikiran terbuka, itulah saatnya menjadi petunjuk mulia)

Api merah membakar tubuhku.
Tidak perlu stupa dan vihara baru.
Seseorang mencerahi prinsip ini.
Di tengah abu memperlihatkan seluruh tubuh.

(Saya mengatakan sadhu! Sadhu!)

Tidak ada komentar: